Mengenang Munir, Membumikan Keberanian
Reading Time: 5 minutes Pada malam yang gulita itu, seorang laki-laki diseret dengan kasar menuju tengah lapangan. Tangannya terikat. Lalu, seorang laki-laki berbadan tegap dengan wajah bengis, menyiramkan bensin ke sekujur tubuhnya. Sejurus kemudian, ia melemparkan obor yang menyala itu ke tubuh lelaki yang terkulai lemas di tengah lapangan; seluruh tubuhnya terbakar diiringi lengkingan panjang yang menyayat. Dengan angkuhnya, lelaki berwajah bengis itu berteriak sangat keras, ”Ini adalah peringatan bagi mereka yang mendatangi perserikatan.” Lelaki yang tubuhnya terbakar di tengah lapangan itu, adalah seorang petani karet yang ketahuan mengorganisasi dirinya dalam sebuah serikat petani; bagi mandor dan para tengkulak, upaya itu merupakan ancaman. Peristwa itu, merupakan pesan para tengkulak,Read More →