-Merefleksi 13 tahun kematian Cak Munir- “Cak, kita ini hidup dalam situasi yang gawat. Melawan rezim tentara. Hidup kita setiap saat terancam oleh peluru. Pertanyaannya, siapa yang akan lebih dulu mati?” kenang Mas Bianto, pegiat buruh dari Surabaya, menirukan obrolannya[1] dengan Cak Munir pada puncak kekuasaan Orde Baru, sekitar 1993. Dengan berseloroh, Cak Munir menjawab, […]
“Demokrasi politik saja, belum menyelamatkan rakyat. Bahkan di negeri-negeri seperti Inggris, Nederland, Perancis, Amerika, demokrasi telah dijalankan, kapitalisme merajalela dan kaum marhaen papa sengsara!” Bung Karno dalam Fikiran Ra’jat 1933. Bung Karno pernah menyinggung demokrasi ekonomi dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi. Menurutnya, demokrasi di Indonesia dijalankan bukan hanya bicara tentang demokrasi parlemen atau demokrasi […]
Ratusan buruh yang bekerja sebagai awak mobil tangki (supir dan kernet) yang mendistribusikan bahan bakar minyak (BBM) ke satuan pengisian bahan bakar umum (SPBU) melakukan aksi longmarch dari Bandung ke Jakarta dengan berpenampilan layaknya zombie. Mereka berasal dari sembilan terminal bahan bakar (depo) milik pertamina yang ada di Pulau Jawa, di antaranya Depo Merak, Depo […]
Suasana di ruang rapat masih sedikit ramai. Pak Fredi, Ketua Serikat, berniat membacakan poin-poin keputusan rapat. Dengan suara sedikit berat berwibawa, dia membaca beberapa keputusan: 1. Sumber keuangan yang utama adalah iuran dari anggota. 2. Pengurus tidak boleh menerima pemberian dari pihak lain semisal HRD atau Apindo atau pengacara perusahaan. 3. Pengurus harus menjaga nama […]