MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

‘Driver’ Ojol: ‘Order’ Ku Kejar, Celaka Ku Dapat

http://assets.kompasiana.com/items/album/2020/11/08/ojol-food-5fa7a0208ede4836b71dc012.jpg

Diuntungkan dengan perbaikan jalan dan pemburukan kondisi kerja

Bisnis transportasi online tumbuh sekitar tahun 2015. Saat ini, pemain transportasi berbasis aplikasi yang sudah besar seperti Grab dan Gojek sedang berekspansi ke negara lain dan mendapat investor baru. Sementara aplikator lainnya sedang tumbuh dengan memanfaatkan pasar yang sudah terbentuk, infrastruktur yang disediakan dan diperbaiki negara serta buruknya transportasi umum. Masyarakat kota besar dengan mobilitas tinggi dapat dipastikan memiliki aplikasi transportasi daring (dalam jaringan).

Di tengah-tengah mobilitas, alat transportasi memainkan peran penting. Hal ini menjadikan perkembangan pengguna transportasi tumbuh dengan sangat cepat. Orang-orang bepergian untuk bekerja, sekolah dan lainnya. Ditambah kemudahan mengakses transportasi online melalui smartphone dan keunggulan fitur yang disediakan oleh layanan setiap aplikator.

Pengguna dapat mengakses fitur-fitur tersebut kapan pun di mana pun. Hanya membutuhkan kuota internet. Juga dibantu dengan pembayaran e-wallet (dompet elektronik) yang mempermudah customer ketika tidak memiliki uang cash; dan paylater, penyediaan layanan pinjaman ketika pelanggan tidak memiliki uang sama sekali.

Beberapa aplikasi, seperti Go-Jek, Grab, Maxim, memiliki fitur yang tidak beda jauh. Selain itu, semua aplikator mengintegrasikan layanannya dengan kebutuhan lain, seperti berbelanja pakaian, pulsa internet, mengirim barang, memesan makanan, membeli obat, hingga pelayanan kebutuhan domestik membeli sayur-mayur dan kebutuhan dapur lainnya.

Para pekerja ojek online tidak hanya melayani pengantaran penumpang dari tempat penjemputan sampai ke tempat tujuan. Mereka juga melayani pengantaran makanan dan barang.

Penulis melihat terjadi peralihan penggunaan jasa transportasi dari konvensional ke online akibat buruknya layanan transportasi negara. Juga menengarai semakin banyak orang yang memilih menjadi pekerja transportasi online khususnya pengemudi ojek online, akibat merosotnya kualitas lapangan kerja.

Di tahun 2015 orang berbondong-bondong menjadi driver ojek online. Ada yang menjadikan pekerjaan sebagai sampingan, ada pula yang menjadikannya pekerjaan menjadi yang utama. Rata-rata tergiur dengan fleksibilitas waktu dan promo bonus penghasilan yang cukup besar. Sepanjang 2018, rata-rata pendapatan pengemudi Ojol sepeda motor dan mobil di Jabodetabek lebih besar dari upah minimum di wilayah masing-masing (CNN Indonesia, 21/3/2019). Memburuknya kondisi kerja di sektor formal yang ditandai dengan ikatan jam kerja, upah murah dan kemudahan dipecat, menjadi faktor pertimbangan memilih menjadi pengemudi Ojol.

Beberapa teman dan tetangga saya banyak yang menjadi pekerja ojek online. Ada yang dulunya bekerja sebagai ojek pangkalan dan ada pula yang mantan buruh pabrik. Sedangkan kaum muda kelahiran 1990-an, menempatkan Ojol sebagai salah satu pilihan pekerjaan, sembari menanti pekerjaan lain yang sesuai minat.

Ketika kesempatan kerja yang lebih diharapkan tidak kunjung datang, Ojol menjadi satu-satunya sumber pendapatan. Pendukung lain dari pertumbuhan jasa transportasi online swasta adalah melonjaknya angkatan kerja muda yang kesulitan mendapat pekerjaan baru.

# ojol