MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

Karena Aplikator Ojol Tidak Menjamin Kesehatan

Husna seorang single parent berusia 45 tahun. Sejak suaminya meninggal pada 2018 lalu, menjadi driveronline adalah satu-satunya pilihan yang bisa ia lakukan. Bekerja sebagai driver adalah cara untuk dapat bertahan hidup bersama keempat anak yang masih menjadi tanggungannya.

Husna berasal dari Sumatera, pada 1996 ia memutuskan ke Jakarta dan bekerja sebagai sales door to door. Ia juga sempat menjadi operator toko dan administrasi di kantor cabang yang sama. Terakhir ia bekerja di bagian stok inventory penempatan di kantor pusat sebelum kemudian menikah. 

Setelah menikah ia berhenti bekerja karena mengikuti suami tinggal di Bogor dan hanya menjadi ibu rumah tangga hingga suaminya meninggal. Pekerjaan terakhir suaminya sebagai driver taxi online dengan menggunakan mobil sewaan dari perusahaan. Pembayaran sewa berdasarkan bagi hasil dari pendapatan. Satu hari sebelum suaminya meninggal, mobil sewaan ditarik oleh perusahaan karena selama sakit seminggu tidak menyetor pendapatan ke perusahaan. 

Selama empat tahun susah senang Husna jalani menjadi driver online. Tanggungannya pun berkurang satu sebab anak pertamanya sudah bekerja. Namun, perjuangannya  masih panjang, Ia masih memiliki tiga tanggungan lain yaitu anak kedua masih menempuh kuliah, anak ketiga duduk dibangku SMA kelas 1 dan terakhir masih di bangku kelas 3 SMP. 

***

Tawaran Menarik Alias Intrik

Awal mula Husna mendaftar menjadi driver online regular pada salah satu perusahaan ride hailling terbesar di Indonesia. melalui media aplikasi ia diperintahkan untuk menghantarkan bermacam layanan bike – order penumpang, food, barang dan sebagainya. 

Hari pertama bekerja, Husna berkeliling seharian di jalanan namun tak mendapatkan order hingga akhirnya Ia memutuskan untuk nongkrong di salah satu pusat perbelanjaan. Selang beberapa menit ia nongkrong, seorang ibu menghampirinya dan meminta diantar ke suatu tempat dengan mengunakan layanan ‘pesan sekarang’. Ia beruntung karena ibu tersebut bersedia menunjukkan jalan ke tempat tujuan, sebab ia tidak begitu hapal arah jalan. 

Riwayat order pertama dan penilaian custumer tersebut menjadi tolak ukur aplikator untuk memberikan order selanjutnya kepada Husna. Sejak itu ia sering diberikan order tanpa harus berkeliling sebagaimana hari pertama ia bekerja.

Bulan pertama menjadi driver regular Husna sering merasa kelelahan, bahkan ketika pulang ia seringkali meminta anak perempuannya untuk memijat. Hal itu tentu saja akibat dari pola hidup baru yang ia tekuni sebagai driver online yang sebelumnya hanya bekerja di  rumah. 

Sekira dua bulan ia bekerja, Husna menerima pesan singkat dari aplikator yang menawarkan program khusus untuk driver perempuan. Ia menceritakan saat itu semua driver perempuan dikumpulkan di kantor. Mereka diberikan penjelasan tentang program hanya diperuntukan untuk driver perempuan tersebut. Menurut penjelasan petugas kantor, program tersebut adalah program prioritas untuk perempuan yang akan mempermudah dalam penerimaan order.

Beberapa bulan tergabung dalam aplikasi regular Gogog, Husna ditawarkan oleh aplikator tentang program baru Gogog yaitu ‘Ladydong’. Ia menceritakan jika semua driver online perempuan dikumpulkan di kantor, diberi pengarahan dan sebagainya oleh perwakilan aplikator Gogog. Aplikator mengklaim bahwa program Ladydong merupakan program  prioritas karena khusus perempuan sehingga akan dipermudah dalam penerimaan orderan. Di akhir pertemuan mereka ditanya kesediaannya untuk bergabung, termasuk Husna yang kemudian mengiyakan. Husna menerangkan pada saat tergabung dalam program Ladydong semua layanan dicabut sehingga hanya menerima order food dan barang express.

Dua minggu awal menjalani program Ladydong, driver diharuskan untuk berkeliling di berbagai tempat untuk memenuhi histori. Pekerjaan berkeliling itu tanpa orderan sama sekali, bahkan semua pengeluaran ditanggung sendiri. Husna mengungkapkan akun on seharian dan sudah berkelilling kemana-mana. Baru-baru jadi Ladydong nyesek. Jadi Lady dulu sakit, sampai nangis gua di rumahterang Husna. Bahkan iya sempat menyesal karena mengikuti  program Ladydong karena tidak mendapatkan uang namun harus bayar bensin. Ia beruntung karena memiliki aplikasi platform lainnya di handphone satunya dan mendapatkan orderan dari sana.  

Setelah dua minggu berlalu, orderan di Ladydong mulai masuk dan prioritas pun mulai terbukti. Ia menjelaskan kalau orderan datang tanpa henti, ia menyebut “diuber-uber orderan”. Ia pun tidak perlu bekerja lama di luar rumah untuk mendapatkan orderan. Ia menyebutnya dapat uang cepat, cepat selesai cepat pulang. 

Waktu pertama menjadi Ladydong target sebanyak 13 orderan per hari dengan insentif Rp185 ribu. Dengan begitu, sehari ia dapat membawa uang sekitar Rp250-300 ribu per hari. Bahkan, Husna berani untuk keluar bekerja pukul 12 siang dan magrib pulang karena “diuber” orderan dan target tercapai dengan cepat. Namun slogan prioritas tersebut mulai pudar dan hanya bertahan sekitar tiga bulan di awal program.

***

Sehat dan Siasat Adalah Kunci

Pada 2020 awal saat terjadi pandemi Covid 19, ruang gerak warga terbatasi karena muncul kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Tidak semua orang dapat dengan bebas untuk pergi keluar rumah apabila tidak dalam keadaan mendesak. Bagi driver seperti Husna, situasi tersebut cukup menguntungkan. Sebab pada saat itu banyak orang berada di rumah dan orderan food melalui aplikasi pun menjadi pilihan masyarakat. 

Husna menjelaskan situasi pandemi Covid-19 membuat orderannya dapat mencapai target. Pada saat itu aplikator menaikkan target menjadi 14 orderan per hari dengan insentif hanya Rp65.000. Meskipun risiko kesehatan pada saat itu menjadi taruhan, mendapatkan penghasilan juga diperlukan. 

Tahun kedua pandemi Covid-19 mulai terasa berbeda. Bekerja sebagai driver ia rasakan semakin berat, orderan semakin sulit bahkan bisa dikatakan tidak ada. Menurutnya, hal itu disebabkan efek dari perenggangan PPKM dan masyarakat mulai intensif keluar rumah. Program Ladydong pun tidak lagi prioritas, setiap driver mengeluhkan hal yang sama, yaitu orderan yang sulit. 

Saat ini targetnya menjadi 16 orderan per hari dengan insentif Rp45 hingga Rp46 ribu yang itu bagi Husna sangat berat. Bahkan sehari untuk mendapatkan 10 orderan saja hampir tidak mungkin. Setiap hari ia hanya dapat 6-8 orderan paling banyak, padahal ia berangkat dari pagi hingga pukul 7-8 malam maksimal.

Dengan sulitnya mendapat orderan ditambah dengan naiknya harga BBM berdampak pada kurangnya pendapatan. Bagaimana tidak, semakin banyak ia berkeliling untuk mencari orderan maka semakin besar pengeluarannya, sedangkan penghasilan kurang dari Rp100 ribu. Bahkan hari itu, di mana saya bertemu dengan Husna, ia hanya memperoleh 4 orderan dari pagi dengan pendapatan Rp49 ribuan.

Lebih lanjut ia mengungkapkan bahwa untuk memperoleh Rp50 ribu per hari saja sungguh sulit, sebab orderan semakin jarang. Meskipun ia telah berkeliling dan setop di beberapa tempat, tidak menjamin ia memperoleh banyak orderan. Satu pola yang ia pahami adalah ketika hari Senin, orderan lebih sepi dari biasanya. Menurutnya hal tersebut dimungkinkan karena aktivitas sebagian masyarakat muslim yang puasa Senin dan Kamis.

Husna berangkat bekerja sekitar pukul 8 atau 10 pagi setelah selesai membereskan pekerjaan di rumah. Ia lebih banyak berkeliling ke daerah-daerah yang menurutnya akan banyak orderan food, seperti daerah Warmen, McDonald Semplak pada siang hari, Yasmin dan lainnya. Menurutnya menunggu di tempat-tempat populer memungkinkan untuk mendapatkan banyak orderan, meskipun narasi itu tidak selalu benar. Ketika mendapat orderan dan selesai mengantar ke konsumen maka ia akan berhenti di beberapa tempat sambil mencari orderan lain. 

Setiap pemberhentian biasa ia habiskan sekitar 30 menit sampai 1 jam, kemudian ia akan berpindah apabila tidak mendapat orderan. Jikalau mendapat orderan itu pun hanya di satu tempat. Selanjutnya, ia akan kembali tempat biasa ia singgah untuk beristirahat dan menunggu hingga menjelang jam makan siang. Sedangkan pada waktu sore ketika jam pulang kerja, ia pun akan berkeliling sembali menuju jalan pulang ke rumah. Terkadang mendapat 6 orderan hingga pukul 8 malam sudah cukup bagi Husna sebab ia merasa orderan memang sulit didapat. 

Bekerja dalam jangka waktu yang lama di jalanan dan berada di atas motor menjadi salah satu faktor menurunnya kesehatan pada driver. Risiko terhadap polusi udara, hujan dan panas setiap harinya menjadi pertimbangan Husna untuk tetap menjaga kesehatan. Ia mengantisipasi dengan berolahraga setiap pagi kurang lebih selama 30 menit agar tetap menjaga stamina tubuh selalu sehat. 

Cuaca pun menjadi pertimbangan untuk menerima orderan, apabila hujan deras dan tidak memungkinkan baginya untuk pergi  maka ia lewatkan. Bahkan ia lebih memilih mematikan akun daripada berisiko terhadap kesehatannya. “Kalau saya kan butuh duit tapi kalau akhirnya duit untuk berobat, buat apa?” pungkas Husna. 

Hal tersebut juga ia perjelas pada saat salah satu Costumer Service Gogog menelepon untuk melakukan survei terkait efek hujan dengan penerimaan order. Ia pun menjelaskan jika tidak menerima orderan apabila hujan sebab dampak buruk yang ia peroleh lebih besar daripada penghasilannya seperti sakit, kehujanan, kendaraan rusak, ongkir rendah dan tidak ada jaminan kesehatan. Itulah sebabnya ia jarang mengambil orderan jika hujan.

***

Menjaga Barang Pesanan

Target dan aktivitas berkeliling bukan satu-satunya persoalan, menjaga barang orderan tetap utuh pun dibebankan pada driver. Jarang konsumen melakukan komplain terhadap penjual tempatnya membeli, sebaliknya driver akan dianggap “tidak cakap” menjaga orderan. Dampaknya pada penilaian driver atau omelan dari konsumen.

Husna pun memiliki berbagai pengalaman serupa terkait menjaga orderan konsumen. Pernah suatu hari ia mendapatkan orderan food di McDonald, yaitu sepaket makanan dan minuman gelas. Air di gelas tumpah karena tutup yang tidak rapat. Husna pun berinisiatif untuk mengganti yang baru. Hal tersebut ia lakukan untuk menjaga profesionalitas kerja dan menghindari penilaian buruk dari konsumen. 

Cerita lain ketika pemesanan food paketan ayam KFC. Konsumen komplain ke dirinya karena isi paketan kurang. Sebagai driver tentu Husna tidak mengetahui pasti isi paketannya dan ia pun berupaya menjaga  profesionalitas pekerjaan dengan menelepon pegawai KFC untuk menyampaikan komplain dari konsumen.

Husna menyadari bahwa sebagai driver mereka merupakan  korban dari kesalahan sistem di restoran atau toko, namun konsumen tidak mempersoalkan hal tersebut dan tetap membuat driver bertanggungjawab.  

Tujuan pesanan order terkadang menjadi  pertimbangan Husna untuk  mengambilnya. Apabila ada pesanan arah Leuwiliang maka harga lebih tinggi daripada pesanan ke arah kota bogor. Selain itu, seumpama orderan jauh, ia lebih memiliki untuk melakukan oper orderan ke teman atau biasa disebut dengan “dikadalin”. Namun tidak selalu orderan dapat “dikadalin”, apabila tidak ada teman yang mau maka akan ia cancel. Ia menambahkan, men-cancel orderan ia lakukan hanya ketika cuaca  tidak mendukung seperti  hujan atau sudah malam. 

Husna memiliki langganan untuk mengantar dokumen ke bank atau ke kantor notaris lain dari teman suaminya yang bekerja sebagai notaris. Meskipun tidak sering tapi ia akan mendahulukan panggilan tersebut karena jelas penghasilannya. 

Menjaga kesehatan, menyiasati target atau pesanan serta keluhan konsumen merupakan kunci agar ia dapat terus bekerja. Bukan hal mudah dan berbagai carapun ia coba lakukan untuk dapat bertahan. Sebagaimana harapan banyak orang, ketika pulang ke rumah ia pun tetap mengharapkan dapat membawa penghasilan. 

***

Peran dan Beban Ganda

Sejak suaminya meninggal pada 2018 lalu, peran Husna berubah dan bertambah. Dari ibu sekaligus menjadi bapak yang mencari nafkah. Husna yang sudah lama menjadi IRT (Ibu Rumah Tangga) terpaksa harus kembali bekerja di luar rumah untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Untuk menjadi  driver, ia pun membeli motor baru yang dikredit selama empat tahun lebih. Ia merasa bebannya sedikit ringan karena cicilan motornya telah selesai tiga bulan lalu. 

Bekerja di luar rumah sebagai tulang punggung utama membuat Husna berupaya membagi waktu antara rumah dan bekerja di luar. Pembagian pekerjaan domestik ia lakukan bersama anak-anaknya di rumah dan ia berusaha mengerjakan pekerjaan rumah semampunya. “Tugas Daddy sudah beralih ke mama jadi  otomatis mama sudah tidak bisa melaksanakan (pekerjaan rumah), bukan gak mau, tapi tidak bisa 100 persen seperti dulu,” tiru Husna ketika berpesan ke anak-anaknya. Selain itu, ia juga tidak memaksakan kepada anaknya untuk mengerjakan semuanya sebab mereka masih sekolah dan mempunyai tanggung jawab masing-masing. 

Ia menyadari secara fisik ia tidak akan mampu apabila terlalu banyak melakukan pekerjaan di luar dan di rumah sekaligus. Pekerjaan domestik pun dikerjakan apabila ia mampu secara fisik, sebab ia lebih memilih untuk beristirahat agar dapat bekerja kembali di hari esok. Bekerja mencari penghasilan merupakan hal utama yang harus dilakukan sebab ia memiliki tiga orang anak yang masih ditanggungnya. 

Setiap hari Husna harus menyempatkan memasak pagi hari sebelum ia mulai ngebid. Ia selalu pulang jam 5 sore berapapun pendapatan hari itu. Ia berusaha mempersiapkan keperluan anak-anak di rumah. Situasi berubah ketika ia harus lebih lama di luar untuk mendapatkan banyak orderan dan pulang lewat jam 7 malam. Hal tersebut berdampak pada hilangnya waktu bersama kedua anaknya yang masih sekolah di rumah. Yang bisa ia lakukan adalah selalu menyediakan bahan baku masakan rumah, seperti beras telur, mie instan, sosis, nugget dan sejenisnya. Dengan begitu, anak-anak dapat masak untuk sarapan dan bekal mereka sekolah. Apabila perlu tambahan makanan maka ia akan memasak namun tidak selalu dilakuka

***

Komunitas Adalah Rumah

Sedari awal menjadi driver online, Husna telah tergabung dalam komunitas. Ia memikirkan keselamatannya di jalanan. Dengan tergabung komunitas ia merasa lebih aman karena ada yang dapat membantu baik dari  kendaraan, orderan dan lainnya. Ia tergabung dalam salah satu komunitas di Kota Bogor padahal Husna sendiri tinggal di Kabupaten Bogor.

Pilihan bergabung dengan komunitas di Kota Bogor karena ketika awal menjadi driver ia lebih banyak beredar di daerah Kota Bogor Seiring waktu, orderannya lebih banyak di daerah Dramaga dan sekitarnya, dan ia pun berpindah tempat pemberhentian.

Terhubungnya Husna dengan teman-teman Ladydong yang berada di daerah Dramaga, membuat ia bersama teman perempuan lainnya memutuskan untuk menyewa rumah kontrakan sebagai tempat untuk beristirahat sebagai basecamp. Yaitu berupa rumah petak deret ukuran 3×5 meter. Awalnya basecamp tersebut dibayar patungan oleh 10 orang, namun minimnya orderan membuat teman-teman Husna berpencar ke daerah lain dan hanya tersisa 4 orang. 

Menurut Husna, basecamp tersebut seperti sudah menjadi rumahnya sendiri. karena ia merasa nyaman ketika ia harus ke toilet ataupun sekedar rebahan meluruskan badan karena kelelahan ngebid. Basecamp tersebut berisi satu kasur ukuran single, dengan tembok warna pink dan air galon serta meja kecil. Ada juga tempat untuk duduk di depan kamar. Sebelah basecamp tersebut juga disewa oleh beberapa komunitas lain. Dengan begitu mereka dapat berkumpul dan berdiskusi bersama terkait aktivitas dan persoalan selama bekerja. 

Basecamp tempat beristirahat ini sangat bermanfaat dan lebih nyaman bagi Husna sebagai tempat menunggu orderan. Ia merasa tidak nyaman apabila harus berhenti di warung selama berjam-jam dan terus menerus oleh banyak driver. Daripada menunggu di  warung atau di tepi jalan dalam waktu lebih lama, ia lebih baik menunggu di basecamp. Baik menunggu sebentar atau lama, di basecamp tetap terasa aman dan nyaman bagi perempuan. Apabila ia tidak mendapatkan order setelah jam makan siang, iapun lebih memilih menunggu di basecamp hingga waktu pulang ke rumah. 

Meskipun tergabung dalam komunitas ladydong dan memiliki  basecamp sendiri, ia tidak keluar dari komunitas sebelumnya. Komunikasi dengan komunitas pertamanya pun tetap terjalin dengan baik dan saling menjaga. Misalnya ketika Husna ia mendapat orderan malam hari, teman komunitas sebelumnya akan memantau melalui maps yang telah ia shareloc di group whatsapp komunitas. Selain itu, apabila teman komunitas berada di tempat yang  jauh, maka  akan menghubungi jaringan atau teman di sekitar  yang lebih dekat. Karena aplikator tidak menjamin keselamatan di jalanan maka cara agar bisa saling jaga adalah dengan berkomunitas dengan semangat solidaritas jalanan.[]

*

*

Catatan: untuk alasan keamanan narasumber, penulis mengganti nama Aplikator dengan nama Gogog beserta dengan program dari aplikatornya.

Ilustrasi oleh Nana

Penulis

Nindya Utami