MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

Mengabaikan Keselamatan Buruh Demi Untung: Kondisi Kerja Buruh Peleburan Baja (1)

Awalan

Penelitian ini dilakukan pada Januari hingga Juli 2021. Informasi dan temuan dikumpulkan dari studi meja dan wawancara semi-terstruktur dengan 15 orang buruh di dua pabrik peleburan baja yang berada di Jakarta, staf laboratorium kesehatan dan serikat buruh tingkat pabrik. Kedua pabrik peleburan baja dalam tulisan ini merupakan joint venture antara perusahaan swasta china dan Indonesia yang memproduksi baja. Hasil produksinya banyak digunakan untuk mensuplai bahan baku pembangunan infrastruktur dan properti. Sejak satu dekade terakhir kebutuhan baja Indonesia mengalami peningkatan.

Dalam banyak kasus, perusahaan asal China yang beroperasi di Indonesia selain mempekerjakan buruh lokal–Indonesia, juga mempekerjakan buruh migran yang didatangkan dari China. Buruh migran China ini tidak hanya ditempatkan pada level middle management ke atas, tetapi juga pada level yang sama dengan buruh Indonesia, seperti misalnya operator yang merupakan struktur paling rendah dalam organisasi produksi. Untuk keamanan, semua narasumber dalam penelitian ini kami rahasiakan.

Setiap hari buruh Indonesia bekerja dengan buruh migran asal China. Meskipun terkendala bahasa tetapi mereka saling berinteraksi. Dalam penelitian ini informasi terkait buruh China diperoleh melalui wawancara buruh Indonesia yang sudah bekerja lebih dari 4 tahun bersama buruh migran asal china. Cara ini mengatasi kendala kami untuk mendapatkan informasi tentang buruh china secara langsung. Sebab kami memiliki keterbatasan bertemu langsung dengan buruh China, selain dari kendala bahasa. Kami berusaha untuk memberikan gambaran dan analisis yang seakurat dan selengkap mungkin tentang kondisi buruh di perusahaan peleburan baja baik yang dialami oleh buruh Indonesia maupun buruh China.

Fokus penelitian ini terkait dengan kondisi kerja buruh. Seperti upah, waktu kerja, jaminan kesehatan, serta kondisi lingkungan baik di dalam maupun di luar tempat kerja dalam hubungannya dengan dampak yang ditimbulkan dari proses produksi terhadap buruh yang bekerja maupun masyarakat sekitar yang tinggal disekitar pabrik. Secara umum, penelitian ini juga akan memotret sejauh mana perusahaan dengan modal China yang beroperasi di Indonesia menerapkan standar kerja di bawah hukum nasional.

Profil pabrik peleburan baja

PT. Indo Baja Dayatama (PT. IBD) dan PT. Jakarta Central Asia Steel (PT. JCAS) adalah dua dari enampuluh empat pabrik peleburan baja yang beroperasi di wilayah DKI Jakarta[1]. Keduanya merupakan perusahaan patungan Indonesia–China yang memproduksi besi beton.

Lokasi PT. IBD berada di Jakarta Utara. Sebelum berganti nama menjadi PT IBD, pabrik peleburan baja ini merupakan perusahaan PMA asal Jepang yang berdiri pada tahun 1974 dengan Nama PT Budidharma. Semula sahamnya 70% milik investor Jepang dan 30% milik The Nin King–salah satu konglomerat Indonesia, pemilik Argo Manunggal Group[2]. Sejak berdiri hingga tahun 1985, perusahaan baja ini sulit berkembang. Namun, setelah seluruh saham PT. Budidharma diambil alih oleh The Nin King pada tahun 1985, dan mengganti sistem peleburan dari open heart furnace menjadi Electric Furnace, perusahaan ini hidup kembali dari keadaan yang nyaris tutup.

Sebagai konglomerat yang dekat dengan rezim orde baru, tahun 1991 The Nin King  mendapatkan suntikan dana dari Bank Dagang Negara (BDN) – sekarang Bank Mandiri[3] – untuk memperluas dan menambah kapasitas  produksi dari 120 ribu ton menjadi 144 ton per tahun. Investasi untuk itu sebesar Rp25 miliar, diperoleh dari BDN Rp18 miliar, dan sisanya Rp7 miliar dari modal sendiri[4].

Pasca mengakuisisi PT Budidharma pada 1985, The Nin King memperluas bisnis peleburan bajanya dengan mendirikan beberapa perusahaan baru, diantaranya PT. Jakarta Ryoei Steel Works (1985), PT. Jakarta Cakratunggal Steel Mill (1989) dan PT. Jakarta Prima Steel (1989)[5]. Yang tersebut terakhir, pada tahun 2005 kemudian menjadi  PT. Jakarta Central Asia Steel yang berlokasi di Jakarta Timur. Sebagian pabriknya banyak dibangun di wilayah DKI Jakarta.

Keputusan King menambah pabrik peleburan bajanya saat itu didorong oleh “imbal beli” minyak antara Indonesia dengan Irak pada 1988. Dalam MoU yang ditandatangani Menteri Perdagangan Indonesia saat itu, Indonesia akan membeli minyak dengan total USD 150 juta dari Irak. Tapi uang yang diterima Irak saat itu harus digunakan untuk membeli komoditi dari Indonesia sebagai imbal belinya. Adalah PT Jakarta Kyoei Steel Works yang pertama-tama berhasil mendapat pesanan 51.800 ton besi beton oleh pemerintah Irak[6]. PT. Jakarta Kyoei Steel Works juga bagian dari Argo Manunggal Group milik The Nin King. Selain besi beton, Argo Manunggal Group juga mendapat pesanan tekstil dari Irak senilai USD 14,5 Juta.

Krisis ekonomi global yang melanda Indonesia tahun 1997 medorong gerakan reformasi. Gerakan ini berhasil meruntuhkan rezim orde baru kepemimpinan Suharto yang sudah berkuasa selama 32 tahun. Reformasi juga berhasil mengusut kasus-kasus korupsi yang melibatkan beberapa konglomerat yang bisnisnya diuntungkan oleh rezim Orde Baru. Salah satunya adalah kasus skandal “kredit macet” pada tahun 2001. Kasus ini membawa The Nin King masuk dalam daftar 20 konglomerat yang mengemplang hutang.

Nilai kredit macet dari beberapa perusahaan King mencapai Rp 2,54 triliun[7]. Karena terjebak dengan kasus tersebut, The Nin King melalui Argo Manunggal Group menjual sebagian saham di beberapa anak perusahaannya. PT. Budidharma dan PT Jakarta Prima Steel  adalah dua diantara sekian perusahaan yang dijual kepada investor asal China. Hal itu ditandai dengan perubahan nama PT Budidarma menjadi PT Indobaja Dayatama pada tahun 2004 dan PT Jakarta Prima Steel diubah menjadi PT. Jakarta Central Asia Steel pada tahun 2005. Setelah berganti nama, kedua perusahaan ini mendatangkan buruh migran asal China.

Kepemikikan saham The Nin King berkurang, tapi ia masih duduk sebagai komisaris di perusahaan-perusahaan yang dijual sahamnya. Walaupun tidak lagi menjadi pemegang saham mayoritas. Sebagaimana yang diungkapkan oleh salah satu buruh PT IBD bahwa “PT JCAS dan IBD ini satu bos. Pemilik saham di PT IBD juga pemilik saham di PT JCAS[8].

IBD dan JCAS adalah anggota dari Indonesian Iron and Steel Industries Assosiation (IISIA) yang merupakan wadah dan induk seluruh produsen besi dan baja indonesia dari hulu hingga ke hilir. IISIA terbentuk pada tahun 2008 dan saat ini diketuai oleh Silmy Karim yang juga direktur utama PT Krakatau Steel.Tbk–perusahaan baja plat merah di Indonesia. Terbentuknya asosiasi ini didorong oleh kebijakan pemerintah yang berfokus pada pembangunan infrastruktur, para pengusaha baja yang bergabung di wadah inilah yang akan mengatur dan menyuplai material besi betonnya termasuk PT JCAS dan PT IBD.

Rantai pasok

Bahan dasar utama untuk membuat besi beton PT JCAS dan IBD adalah scrap[9] yang sebagian diimpor dari Canada dan Singapura melalui jasa logistik Eagle Trans Shiping and Logistik. Ltd. Scrap impor akan dicampur dengan scrap local. Menurut salah satu  buruh PT JCAS, Bahan baku lokal kualitasnya lebih rendah dibandingkan dengan dengan bahan baku impor. Sehingga, bahan baku lokal hanya digunakan untuk campuran. Sejak 2007 IBD telah mengimpor scrap sebanyak 9 kali. 6 kali dari Canada dan 3 kali dari Singapura[10]. Impor terakhir scrap dari Canada sebanyak 6.5 ribu ton pada 25 September 2020.

Material produksi lainnya adalah batubara. Digunakan sebagai bahan bakar tungku pemanas bilet atau baja batangan ketika akan dicetak menjadi produk jadi menggunakan mesin rolling. Batubara kedua perusahaan ini dipasok oleh PT Union Perkasa Lestari, perusahaan tambang batubara yang berlokasi di Samarinda, Kalimantan Timur.[11] Batubara ini dikapalkan ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta dan ditampung di satu tempat sebagai gudang penyimpanan batubara.

PT. IBD dan JCAS sama-sama memproduksi baja beton tulangan yang digunakan untuk material konstruksi gedung atau infrastuktur lainnya. Kapasitas produksi IBD sebesar 150 ribu ton per tahun, sementara JCAS sebesar 350 ribu ton per tahun. Produk keduanya dipasarkan ke dalam negeri untuk mensuport proyek-proyek infrastruktur pemerintah. Data Kementerian PUPR tahun 2019 menyebutkan PT. IBD dan JCAS masuk dalam suplayer aktif yang memasok besi beton untuk proyek-proyek infrastruktur di Indonesia.[12]

Profil buruh

Untuk melakukan pekerjaan di perusahaan peleburan baja, diperlukan buruh yang memiliki fisik yang kuat dan masih muda. Dalam masayarakat patriarkis kriteria ini dimiliki oleh laki-laki. Karenanya di PT IBD dan PT JCAS, terutama pada bagian produksi mensyaratkan buruh laki-laki. Dari observasi lapangan, secara fisik buruh di kedua perusahaan ini berbadan kekar, tegap dan masih muda. Jarang sekali ditemui buruh yang sudah tua. Rata-rata umur buruh di kedua pabrik ini 25–35 tahun. Buruh Indonesia, rata-rata lulusan sekolah menengah kejuruaan.

Profil buruh Indonesia di PT JCAS

Jumlah buruh yang bekerja di PT JCAS saat ini berjumlah 600 orang, dengan proporsi 50 persen buruh migran asal China dan 50 persen lagi buruh Indonesia. Dari total seluruh buruh China dan Indonesia, sekitar 560 ditempatkan di bagian produksi. RK Salah satu buruh PT JCAS mengatakan:

“buruh China dan Indonesia di PT JCAS – banyak ditempatkan di bagian produksi, dan untuk buruh China ada di semua posisi dan jabatan, baik di produksi maupun non produksi, baik itu laki-laki maupun perempuan[13].

Sejak berganti nama menjadi PT JCAS pada tahun 2005, perusahaan mendatangkan buruh migran asal China. Sebagian besar buruh di perusahaan lama dipecat dan untuk memenuhi jumlah tenaga kerja kembali, perusahaan merekrut buruh baru dari Indonesia. Pada awal produksi, semua buruh Indonesia berstatus sebagai buruh harian. Saat itu perusahaan menjanjikan akan diangkat menjadi buruh tetap setelah dua tahun bekerja. Bukannya diangkat status hubungan kerjanya, pada tahun 2008 perusahaan malah mengganti status buruh harian menjadi buruh outsourcing yang dikelola oleh salah satu yayasan.

Pada tahun 2013 terjadi momen penting, buruh PT JCAS mendeklarasikan pendirian serikat buruh yang berafiliasi dengan Federasi Perjuangan Buruh Indonesia (FPBI). Tepat tiga bulan setelah pembentukan serikat, para buruh melakukan mogok kerja selama 2 hari. Mereka menuntut diadakan perundingan dengan manajemen terkait dengan status kerja. Sejak saat itu semua buruh outsourcing diangkat menjadi buruh tetap. Sekitar 300 orang buruh Indonesia tergabung dalam serikat buruh.

Selain berhasil memperjuangkan status kerja dari harian menjadi tetap, aksi mogok juga berhasil mendorong perusahaan untuk menerapkan Upah Minimum Sektoral Provinsi (UMSP) DKI Jakarta. Sebelumnya, upah yang diterapkan perusahaan berdasar pada Upah Minimum Provinsi, (UMP). Perubahan penerapan dari UMP ke UMSP menaikkan nilai upah buruh PT JCAS dari Rp2.200.000 (UMP DKI Jakarta tahun 2013) menjadi Rp2.574.000 (UMSP DKI Jakarta tahun 2013).

Sayangnya, pada tahun 2020 dengan alasan merugi karena pandemi covid-19, perusahaan menerapkan kembali upah UMP kepada buruh PT JCAS. Para buruh pun protes terhadap kebijakan tersebut. Sebaliknya perusahaan malah mememecat setengah dari jumlah buruh Indonesia dengan alasan efisiensi. Sejak pemecatan massal pada September 2020, perusahaan mulai merekrut buruh kontrak. Saat itu jumlah dari total buruh Indonesia sebanyak 300 orang, setengah diantaranya adalah buruh kontrak. Buruh kontrak yang baru direkrut banyak ditempatkan di bagian finishing, dan tungku batubara.

Profil buruh Indonesia di PT IBD

Berbeda dengan PT IBD, proporsi buruh China hanya 20 persen dari total buruh. Meskipun lebih sedikit menurut salah satu narasumber kami, jumlah buruh China terus bertambah dari waktu ke waktu. Jadi kalau dihitung total buruh keseluruhan di PT IBD kurang lebih 1000 orang. Kalau dulu buruh Chinanya masih sedikit, tapi makin ke sini makin banyakJelas SW yang sudah bekerja sejak 2008 di PT IBD.

Keberhasilan perjuangan buruh di PT JCAS, menjadi inspirasi para buruh di PT IBD. satu bulan setelah aksi mogok kerja di PT JCAS pada tahun 2013, buruh IBD juga mendirikan serikat buruh. Para buruh IBD yang sebelumnya mayoritas sebagai buruh outsorcing kemudian berangsur menjadi buruh tetap. Kecuali untuk buruh keamanan yang dalam aturannya membolehkan perusahaan mengoutsorcingkan jenis pekerjaan tersebut. Sementara sebagian buruh harian diangkat menjadi buruh kontrak. Dari total buruh Indonesia di PT IBD sekitar 700 orang, buruh yang berstatus tetap tidak lebih dari separuhnya, sisanya masih berstatus berstatus kontrak, harian dan outsourcing.

Profil buruh migran China di PT IBD dan JCAS

Jumlah buruh migran asal China di PT JCAS setengah dari total buruh. Mereka didatangkan dari China oleh perusahaan dengan wilayah yang berbeda-beda. Hal itu ditandai dari berbedaan dialek atau logat bahasa di antara buruh China. Terkadang penerjemah pun kesulitan ketika berbicara dengan[14]. Buruh China juga tidak bisa berbahasa inggris maupun Indonesia. Mereka hanya mengenal bahasa China daerah asal kampung mereka masing-masing yang memiliki berbedaan bahasa. Interaksi yang terjadi antara buruh China dan Indonesia biasanya menggunakan Fasilitas google translate di handphone. Meskipun kadang memiliki keterbatasan.

Sebelum buruh China bekerja di Indonesia, kebanyakan mereka berprofesi sebagai petani. Beberapa diantaranya ada yang pernah bekerja di pabrik paleburan di China. Buruh China yang pernah punya pengalaman bekerja di pabrik peleburan, ditempatkan pada posisi mandor atau kepala departemen. Usia mereka rata-rata sekitar 25 sampai 30-an tahun.

Perusahaan menyediakan mess untuk buruh China. Bangunan Mess berlantai 3 lengkap dengan fasilitas hiburan, seperti kolam renang, billiard dll. Semua buruh China mulai dari level operator hingga manajer produksi tinggal di mess. Bedanya jika buruh China memiliki jabatan, mereka tinggal di satu kamar. Sementara bagi buruh China di level operator, satu  kamar bisa di isi 2 sampai 4 orang. Mereka harus membayar sewa mess setiap bulan dengan cara dipotong upah. Tidak diketahui berapa jumlah pastinya para buruh China ini harus membayar. 

Sistem kerja buruh China secara bergantian, per enam bulan sekali mereka diganti. Ada yang pulang ke China, ada juga yang dipindahkan ke perusahaan lain di Indonesia. Sebagaimana yang dijelaskan oleh IR bahwa:

“Buruh China itu sistem kerjanya bergantian, per enam bulan diganti ada yang pulang ke China dan  mereka bisa diganti ke IBD,  JCAS, Master. Semua itu adalah jaringan perusahaan baja yang sama-sama dari China”[15].

Jika mereka dipulangkan ke negaranya, mereka tidak diperbolehkan membawa uang. Proses pemulangan semua diurus oleh perusahaan. Upah buruh China dikirimkan ke keluarga yang ada di China, setelah dipotong untuk membayar sewa mess dan makan di Indonesia. Untuk kebutuhan di luar makan dan minum di Indonesia, para buruh China biasanya mendapatkan uang dari tunjangan dan kerja lembur yang didapatkan setiap bulan[16].

Para buruh China di level operator dan mandor, tidak diperkenankan keluar perusahaan ataupun mess oleh pihak perusahaan. Kecuali untuk urusan perpanjangan visa atau urusan pekerjaan. Mereka juga tidak diperbolehkan bergabung dengan serikat di Indonesia. Jika diketahui manajemen berserikat atau melanggar aturan dari perusahaan mereka akan dipecat dan dipulangkan ke China. Mereka direkrut melalui agen penyalur yang memiliki jaringan perusahaan China di Indonesia. Sebagaimana yang diungkapkan oleh SW:

“ada broker yang mencarikan buruh dari china. Kalo buruh tersebut bermasalah, yang akan menegur adalah broker dan dipulangkan”.[17]

Lanjutkan membaca bagian 2


Catatan kaki

[1] Data dinas lingkungan hidup tahun 2019

[2] Argo Manunggal Group adalah organisasi bisnis utama yang mencakup bidang usaha Tekstil, Baja, Unggas, Properti, Pertambangan, Energi, Pipa PVC, Asuransi, Perkebunan, dll. Didirikan pada tahun 1949 oleh Mr The Ning King dari perusahaan Textile Trading untuk industri tekstil terpadu. Salah satu Produsen Tekstil terintegrasi terbesar di Indonesia, PT. Argo Pantes tercatat di Bursa Efek Jakarta pada tanggal 7 Januari 1991. Argo Manunggal Group adalah salah satu perusahaan manufaktur terbesar di Indonesia. Bisnis dengan visi global dan distribusi di seluruh dunia: Mempekerjakan 22.000 orang, 30 pabrik di seluruh Indonesia. Penjualan lebih dari US $ 1,2 miliar per tahun. Sekitar 50% dari produksi diekspor.

[3] Pada Juli 1999, empat bank pemerintah yaitu Bank Bumi Daya, Bank Dagang Negara, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia dilebur menjadi Bank Mandiri.

[4]The Nin King dan Pabrik Baja, Majalah Tempo, Edisi 15 Juni 1991.

[5]Annual Report Tahun 2015 PT. Jakarta Kyoei Steel Works.

[6]Beli Minyak Jual Besi, Majalah Tempo, Edisi 22 April 1989.

[7]Menjual Anak-anak Mumpung Sedang Cuan, Investasi Kontan Online, 12 Desember 2012.

[8] Wawancara buruh tanggal 25 Januari 2021.

[9] Scrap adalah bahan logam sisa bahan produksi atau besi hasil pemakaian yang akan diolah kembali menjadi produk logam baru.

[10]Data supply chain intellegence, panjiva.com

[11]Indonesia mineral and coal information, 2015

[12]Informasi Suplay-Deman Sumber Daya Material dan Jasa Konstruksi 2019.

[13] Wawancara tanggal 25 Januari 2021

[14] Wawancara tanggal 25 Januari 2024.

[15] Wawancara IR tanggal 10 Febuari 2021.

[16] Wawancara IR tanggal 10 Febuari 2021.

[17] Wawancara SW tanggal 25 Januari 2021.

Penulis

Sugeng Riyadi
Lembaga Informasi Perburuhan Sedane