Dalam konsep fleksibilisasi, perekrutan melalui penyalur tenaga kerja menguntungkan perusahaan. Syarif Arifin (2019) mengatakan praktik penyalur tenaga kerja berizin ataupun tidak berizin menjadi perantara yang meraup untung dari kesulitan mencari tenaga kerja.[1] Di kawasan-kawasan industri kebanyakan perusahaan merekrut buruhnya melalui agen penyalur tenaga kerja baik yang resmi maupun yang tidak resmi. Begitu juga dengan IBD dan JCAS. Proses perekrutan buruh lokal Indonesia rata-rata melalui jasa penyalur, meskipun kedua perusahaan ini membuka pengumuman perekrutan di media, akan tetapi pengumuman ini hanya sebatas formalitas. Faktanya, kebanyakan buruh yang diterima rata-rata menggunakan jasa penyalur berbayar. Jasa penyalur bisa berbadan hukum seperti yayasan maupun orang-orang yang memiliki pengaruh di lingkungan tempat perusahaan beroperasi. Misalnya pimpinan ormas dan ketua RT/RW setempat.
Salah satu buruh mengaku ketika melamar di PT IBD ia harus membayar uang sebesar Rp2,5 juta kepada oknum dari RT/RW yang dikenal memiliki jaringan dengan perusahaan. Sejak tahun 2004, perekrutan buruh Indonesia di PT IBD dikuasai oleh oknum RT/RW dan Ormas setempat[2]. Pelamar harus membayar Jasa perekrutan agar bisa diterima. Besarannya bervariasi, antara Rp1,5 juta sampai Rp2,5 juta. Agen perekrutan ini memiliki relasi yang saling menguntungkan. Bagi perusahaan berelasi dengan orang yang berpengaruh di lingkungan perusahaan untuk kepentingan keamanan produksi mereka, terutama dari gangguan lingkungan. Sementara bagi elit ormas dan ketua RT/RW setempat menjadi bisa mendapatkan uang dari jasa rekrutmen dan penanganan limbah pabrik. Salah satu buruh menjelaskan perekrutan di PT IBD:
“.. Mereka (oknum yang merekrut) kalo memasukkan orang ke IBD bukan satu kali bayar. Ada yang bayar Rp1,5 juta sampau Rp2,5 juta. Tiap bulannya dia (buruh) ngasih juga selama 6 bulan sampai diangkat menjadi buruh kontrak, jumlahnya variatif Antara 200 ribu sampe 500”
Pada tahun 2014 perusahaan pernah diprotes oleh warga karena debu yang keluar dari cerobong asap milik PT IBD yang mencemari rumah warga sekitar. Saat itu pimpinan ormas dan Ketua lingkungan berhasil meredam aksi protes warga. Karena dianggap berjasa mengatasi protes warga, mereka diberikan kepercayaan perusahaan untuk mengelola limbah dan merekut buruh oleh perusahaan[3].
Sedikit berbeda dengan rekrutmen di PT JCAS. Jika di PT IBD agen rekrutmen buruh adalah elit ormas dan elit lingkungan setempat, di PT JCAS menggunakan yayasan. Pendiri yayasan adalah salah satu orang yang pernah bekerja di PT JCAS dan memiliki hubungan baik dengan manajemen. Tidak diketahui apakah yayasan tersebut berbadan hukum atau tidak, faktanya perekrutan perusahaan diserahkan oleh yayasan tersebut. sebagaimana yang dijelaskan AN tentang yayasan.
“Yayasan ini sebagai perekrut, mencari orang yang mau bekerja sekaligus penyampai pesan ketika bekerja jangan macem-macem atau ikut serikat. Selain (mendapat uang) dari buruh, yayasan ini juga mendapat biaya rekrut dari perusahaan, biaya rekrut variatif dari 500 ribu sampai 3 juta.”[4]
Buruh yang diterima biasanya ditempatkan dibagian finishing. Mereka berstatus kontrak. Ketika menandatangani kontrak dengan personalia, buruh tidak diperlihatkan isi kontraknya. Lama kontraknya hanya diberitahu secara lisan oleh manajemen. Rata-rata waktu kontraknya 6 bulan sampai 1 tahun. Selama 3 bulan kontrak, buruh tidak mendapatkan jaminan sosial. Padahal dari slip gaji yang diterima tertera potongan upah untuk pembayaran BPJS Kesehatan maupun ketenagakerjaan. Karena tidak mendapatkan salinan kontraknya, buruh tidak tahu persis apa saja yang sepakati dalam kontraknya. Sebagaimana yang diungkapkan salah satu buruh:
“Ketika tandatangan kontrak (buruh) tidak boleh melihat kertas isi kontraknya, bagian kontraknya ditutupin dengan kertas, dan hanya diperlihatkan di bagian tandatangannya saja. Mengetahui berapa lama kontraknya cuma lewat lisan saja.”
Organisasi Produksi
Terdapat dua departemen utama dalam produksi di PT JCAS dan PT IBD. Para buruh diorganisir berdasarkan departemen, melting dan rolling. Pada departemen melting, untuk satu shift kerja melibatkan sekitar 84 sampai 100 orang buruh Indonesia dan sekitar 30 sampai 37 orang buruh China dalam 1 shift (lihat table 1). Lalu pada departemen Rolling, dalam satu shift kerja melibatkan 84 sampai 100 orang buruh Indonesia dan 29 sampai 32 orang buruh mingran asal China (lihat table 2). Di PT JCAS pembagian Shift kerja ada 3 Shift, baik di departemen melting maupun departemen rolling. Sementara di PT IBD departemen melting hanya dibagi menjadi 2 shift dan di bagian rolling 3 shift.
Tabel 1. Jumlah buruh pada departemen Melting per Shift
Tabel 2 Jumlah buruh departemen Rolling per Shift
Masing-masing sub bagian di setiap departemen diawasi oleh dua orang mandor. Mandor untuk buruh Indonesia dan mandor untuk buruh China. Untuk membantu kerja mandor, setiap mandor memiliki wakil mandor. Biasanya wakil mandor adalah salah satu operator. Wakil mandor dipilih dari operator untuk memudahkan pengawasan jika mandor sedang tidak berada di tempat. Tugas dari mandor adalah mengawasi buruh agar produksi berjalan lancar dan melaporkan operator jika ada buruh yang tidak masuk kerja karena ijin kepada atasan atau melanggar disiplin kerja serta jika terjadi kerusakan pada alat produksi.
Atasan langsung dari mandor adalah Kepala Departemen. Baik departemen melting maupun departemen rollng di PT JCAS dan PT IBD kepala departemennya adalah buruh migran dari China. Tugas dari kepala departemen memastikan proses produksi tiap departemen berjalan lancar. Dari kepala departemen inilah target produksi per hari ditentukan. Keputusan-keputusan tentang lembur atau penambahan jam kerja diputuskan oleh kepala departemen. Selain itu, kepala departemen juga memiliki tugas menegur operator berdasarkan laporan dari mandor. Kepala departemen yang akan menghukum operator maupun mandor yang melanggar disiplin. Hukuman tersebut berupa peringatan-peringatan atau mengusulkan kepada Personalia mengenai pemecatan buruh. Kepala departemen ini dibantu wakil kepala departemen oleh buruh dari Indonesia.
Di atas kepala departemen adalah kepala produksi. Tidak diketahui secara jelas apa tugas dari kepala produksi. Yang diketahui para buruh Kepala produksi bertanggung jawab atas dua depatemen, Melting dan Rolling. Kepala produksi di isi oleh buruh dari China. Seperti halnya dalam struktur di bawahnya, kepala produksi ini memiliki pembantu yang juga dipegang oleh buruh asal China. Kepala produksi setara dengan kepala personalia. Hanya saja jika kepala produksi berurusan dengan produksi sedangkan kepala personalia mengurusi persoalan buruhnya. Karena buruhnya ada dua, buruh Indonesia dan buruh migran China. Kepala personalianya pun ada dua, orang China dan orang Indonesia. Posisi tertinggi dari buruh Indonesia hanya pada urusan buruhnya. Perusahaan sengaja membagi dua kepala personalia, jika status kewarganegaraannya sama akan memudahkan perusahaan menyelesaikan perselisihan antara perusahaan dengan buruhnya. Tentu saja personalia untuk buruh Indonesia tahu bagaimana ketika berhadapan dengan buruh Indonesia karena kesamaan kultur dan bahasa. Begitu juga dengan personalia untuk buruh China.
Proses produksi pabrik peleburan baja
JCAS dan IBD sama-sama memproduksi baja beton. Bagian ini akan memaparkan bagaimana proses produksi baja beton sekaligus memberikan gambaran kepada kita tentang situasi kerja yang dialami buruh dalam proses produksi. Dari hasil wawancara, para buruh pabrik peleburan baja harus berhadapan dengan lingkungan yang panas, bising, berdebu dan bau. Situasi ini terdapat diseluruh area produksi, dari tahap awal produksi hingga produk besi beton dihasilkan.
Departemen peleburan (melting)
Pada bagian melting, pertama-tama buruh terlebih dahulu mengelompokkan bahan scrap atau besi tua berdasarkan jenis dan komposisi kimianya. Jika ukuran scrap terlalu besar, akan dipotong terlebih dulu agar bisa dimasukkan kedalam tungku peleburan. Pemotongan scrap dilakukan menggunakan mesin blender atau pemotong besi (manual cutting acetylene)[5]. Buruh di bagian pemotongan scrap ini, sering kali mengalami sakit pada mata yang disebabkan karna intensitas memotong baja tanpa menggunakan kacamata khusus las[6].
Setelah scrap disiapkan, kemudian dimasukkan ke dalam tungku listrik induksi menggunakan crane dan lori yang dioperasikan secara otomatis menggunakan remote control. Kapasitas tungku peleburan untuk satu tungkunya sebesar 15 ton. Diperlukan waktu antara 1 hingga 1,5 – 2 jam untuk memanaskan scrap hingga mencair. Pada bagian tungku ini melibatkan sekitar 4 orang buruh Indonesia dan 2 orang buruh migran China. Jarak antara buruh dengan tungku peleburan hanya berjarak 1 meter. Meskipun dibatasi dengan pagar besi, buruh di bagian ini tentu saja akan merasakan panas yang berlebihan karena jarak yang terlalu dekat dengan tungku.
Enam orang buruh di bagian ini bertugas mengontrol oksigen yang disemburkan ke tungku[7] agar menghasilkan panas yang stabil. Selain itu mereka juga harus mengontrol penyedotan debu dari tungku yang dihasilkan dari pembakaran menggunakan mesin penyedot debu (dustcollector machine). Menurut beberapa buruh, debu tersebut selain pekat juga memiliki bau yang sangat menyengat. Dua orang buruh mengaku sering mengalami pusing kepala karna bau yang menyengat dari debu tersebut.
Saat proses pemanasan scrap, seringkali terjadi ledakan-ledakan yang disebabkan reaksi kimia dalam tungku. Jarak buruh dan tungku terlalu dekat, buruh dibagian ini sering kali terkena percikan cairan besi panas dari dalam tungku. Sementara baju seragam yang diberikan oleh perusahaan bukan berbahan tahan api, hanya terbuat dari bahan jeans. Kebanyakan buruh tak memakainya karna tidak nyaman jika dipakai saat bekerja.
Setelah scrap mencair, proses selanjutnya adalah penuangan. Sebelum dituang cairan besi panas dialirkan kedalam tundish[8] lalu kemudian dituangkan ke dalam cetakan dengan menggunakan mesin dan diterusakan ke bagian CCM (Continous Casting Machine) untuk dicetak menjadi billet atau diteruskan ke mesin rolling untuk segera di olah menggunakan mesin rolling hingga menjadi besi beton.
Meskipun seluruh proses penuangan besi panas menggunakan mesin otomatis, tapi resiko tumpahan dari cairan besi panas tersebut tetap mengancam keselamatan buruh karena posisi buruh berada di bawah ketika proses penuangan. Baik di PT IBD maupun di JCAS kecelakaan kerja karena terkena cairan besi panas sering terjadi di bagian ini. selain resiko terkena tumpahan besi panas saat dituangkan, buruh di bagian ini juga bersiko terkena besi panas saat mereka membersihkan kotoran yang melekat pada cairan besi panas. sebagaimana yang diungkapkan oleh SW:
“Bagian itu biasanya membersihkan kotoran, hanya pakai baju dan kacamata biasa, dia fokus membersihkan kotoran dan kerjanya berdiri terus. Kalau lengah sedikit bisa terjadi kecelakaan kerja, terkena tumpahan besi panas”[9].
Setelah proses peleburan dan cairan sudah dicetak, buruh harus membersihkan tungku peleburan. Jika dinding tungku pembakaran mulai menipis, buruh harus mengecor kembali. Proses membersihkan tungku buruh berhadapan dengan debu sisa pembakaran yang pekat dan berbau. Perusahaan tidak menyediakan masker berstandar kepada buruh di bagian ini. Padahal debu sisa pembakaran ini masuk dalam kategori limbah B3 berbahaya yang dihasilkan dari proses peleburan logam pada tungku dan merupakan oksida dalam kedaanan lebur dan terpisah dari fasa logam cair selama proses peleburan. Abu sisa pembakaran ini disebut dengan slag[10].
Pada tahun 2016, Badan Standarisasi Nasional menerbitkan SNI pemanfaatan slag sebagai bahan agregat pembangunan jalan. Karna bisa dimanfaatkan, slag dari produksi PT JCAS dan PT IBD di jual ke perusahaan-perusahaan yang bisa mengelolanya. Sayangnya para buruh yang mengumpulkan slag harus bertaruh dengan paru-parunya karna perusahaan tidak memperdulikan kesehatan buruhnya.
Departement Hot Rolling
Proses peleburan scrap dari tungku menghasilkan bahan besi setengah jadi yang disebut dengan billet atau besi batangan. Kemudian diproses menjadi besi beton pada departemen rolling dengan cara mengerol billet pada suhu yang sangat tinggi yang dilewatkan sepasang roll. Putaran roll akan menekan sekaligus menarik billet sehingga diperoleh bentuk lain dengan ketebalan tertentu.
Di IBD dan JCAS, mesin rolling dibagi menjadi dua, rolling untuk bahan billet yang dihasilkan langsung dari departemen melting dan mesin rolling untuk bahan billet yang sudah dingin atau dari stok billet di gudang. Perbedaan keduanya hanya pada proses awal pemanasan. Jika yang tersebut pertama billet langsung dari peleburan yang masih merah membara seperti bara api, sedangkan yang kedua billet yang akan dibentuk harus dimasukkan kedalam tungku pemanas terlebih dahulu. Secara fisika, pemanasan pada besi untuk memudahkan pembentukan baja yang diinginkan.
Tungku pemanas billet di PT IDB dan JCAS menggunakan bahan bakar batubara. Panas yang dibutuhkan untuk memanaskan billet tersebut 1300 derajat celcius. Buruh di bagian tungku pemanas ini harus mengontrol batubara agar tetap menyala sehingga mendapatkan pemanasan yang stabil. Alat yang digunakan buruh berupa pipa besi panjang. Karena jaraknya terlalu dekat dengan objek kerja yang panas tubuh buruh tak henti-hentinya mengeluarkan keringat hingga pakaian yang dikenakan basah. Sebagian buruh yang tak nyaman dengan pakainya basah karena keringat, terpaksa bekerja tanpa pakaian.
Selain panas, buruh di bagian batubara ini juga harus berhadapan dengan debu batubara yang pekat dan bau menyengat. Salah satu buruh menjelaskan asap yang bercampur debu dari sisa pembakaran batubara sesuatu yang tak terhindarkan ketika mereka sedang bekerja.
“Paling bau itu bagian tungku roling, karena ada batubaranya. Selain menghasilkan abu juga menghasilkan asap yang bau dan itu tidak bisa dihindari. Karna asap itu menyebar diseluruh ruangan. Baunya sangat menyengat karena asapnya saja kuning dan bikin sesak saat bernafas”[11]
Salah satu buruh menceritakan pernah ada buruh yang mengalami sesak nafas hingga pinsan dan tak sadarkan diri karena terhirup debu dan bau dari debu batubara. Saat itu perusahaan hanya menyediakan satu buah masker kain untuk satu hari. Karna perusahaan tidak menyediakan Alat Pelindung Diri (APD) yang khusus untuk mengantisipasi terhisapnya debu, biasanya buruh menggunakan masker berlapis tiga atau menggunakan kain yang dibasahi dengan air. Nahasnya, kain berlapis tiga tetap tembus dan membuat buruh tersebut pinsan. Setelah kejadian itu, pihak perusahaan baru memberikan masker berstandar untuk buruh di bagian tungku, itupun hanya 2 buah, sehingga harus dipakai secara bergantian. Perusahaan hanya memberikan saringan masker saja, 1 buah untuk satu minggu.
Tungku pemanas batubara digunakan untuk memanaskan billet sebelum masuk ke mesin rolling. Billet tersebut diteruskan ke mesin rolling, secara otomatis billet akan berjalan diatas rel (conveyor) yang disediakan. Para buruh di mesin rolling harus mengontrol dan memastikan besi billet yang panas tersebut tetap berada di jalur roll. Panjang Mesin roll kurang lebih 100 meter. Dalam keadaan panas menyala, billet berjalan mengikuti jalur mesin roll. Selain memastikan billet berada pada jalur, buruh di bagian ini harus membersihkan kotoran (kerak) besi yang menempel.
Beberapa buruh menyatakan dari keseluruhan tempat produksi, suhu panas yang paling tinggi dan stabil ketika bekerja berada di bagian Rolling. Besi panas yang menyala berputar-putar di atas roling berpengaruh pada suhu ruangan yang sangat panas dan para buruh harus bekerja di dalam suhu ruangan yang panas tersebut selama 8 jam setiap hari. Baik di PT IBD maupun JCAS, tidak menyediakan alat pendingin untuk menurunkan suhu ruangan. Beberapa buruh mengaku sering mengalami kram dan dehidrasi karena efek dari suhu yang tinggi. Suhu ruangan bisa mencapai 37 derajat celcius.
Selain suhu yang panas, kecelakaan kerja yang sering terjadi pada bagian rolling adalah tersentuh besi panas. Hampir semua buruh di bagian rolling bagian tubuhnya bagian pernah terkena besi panas hingga menyisakan bekas luka bakar di tubuhnya. Salah satu buruh menyatakan:
“Kondisi besi yang baru dari tungku, yang dipanasi sekitar 1300 derajat, sampai dia lentur agar bisa dicetak sesuai kebutuhan. Dari tungku ke roling waktunya gak sampai 2 menit. Hawa panasnya masih terasa. Semua buruh baru atau lama yang apes, terkena besi panas. Setiap buruh di bagian roling biasanya punya tato, bekas luka bakar akibat terkena besi panas.”[12]
Besi panas berputar-putar diatas rolling hingga membentuk besi beton yang diinginkan, Setelah beberapa kali putaran, proses selanjutnya adalah mengeluarkannya dari mesin rolling dan diteruskan ke bagian finishing. Bagian finishing ini bertugas menekuk besi beton tersebut menjadi dua untuk memudahkan pengangkutan. Setelah di tekuk, pekerjaan selanjutnya adalah menghitung dan mengikat besi-besi beton yang sudah jadi sebelum diangkut menggunakan crane untuk dimasukkan ke gudang penyimpanan. Proses pengikatan besi dilakukan secara manual, meskipun besi beton tidak menyala seperti bara api lagi, tapi masih menyisakan suhu panas yang tinggi. Jika terkena kulit bisa dipastikan kulit akan melepuh. Para buruh di bagian finishing bekerja hanya menggunakan sarung tangan kain dan dipakai secara bergantian tiap shift. Perusahaan tidak memberikan sarung tangan baru jika belum rusak.
Selain berhadapan dengan besi panas, para buruh di departemen Rolling harus berhadapan dengan kebisingan yang tinggi. Semua alat kerja (mesin) dan objek yang dikerjakan berbahan baja. Pergerakan mesin dan objek kerja yang berbahan baja menimbulkan suara yang bissing. Dari proses awal billet masuk ke dalam tungku pemanas hingga menjadi produk jadi besi beton menghasilkan suara yang sangat bising. Menurut EL, salah satu buruh JCAS akibat suara yang ditimbulkan dari mesin rolling para buruh harus menggunakan bahasa isyarat atau dengan berteriak ketika akan berkomunikasi, meskipun jaraknya berdekatan.
Salah satu buruh pernah mengukur tingkat kebisingan di area mesin rolling menggunakan aplikasi smartphonenya, dari pengukurannya tingkat kebisingan sebesar 90 sampai 100 decibel. Nilai ini diatas Nilai ambang batas kebisingan[13]. Sayangnya perusahaan tidak menggunakan peredam suara maupun menyediakan earplug kepada buruh yang berada di departemen roling. Intensitas kebisingan berpotensi menyebabkan gangguan pendengaran para buruh.
[5] Pemotongan baja dengan gas asetilen ini sama seperti metode las. Gas asetilen digunakan sebagai bahan bakar untuk melelahkan logam dengan suhu sekitar 3.500 derajat celcius.
[13] Berdasarkan permenaker no 13 tahun 2011, tentang nilai ambang batas (NAB) kebisingan di tempat kerja yang ditetapkan sebesar 85 decible. Penggunaan earplug dapat mereduksi kebisingan sebesar 8 dB.
Di Kota Semarang, terdapat beberapa perusahaan yang memproduksi berbagai furnitur berbahan dasar olahan kayu. Hasil produksinya dipasarkan ke berbagai kota di Indonesia, bahkan untuk ekspor ke luar negeri. Produk yang dihasilkan berupa meja, kursi, lemari dengan desain yang tampak mewah, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun perkantoran. Namun, dibalik kemegahan produk furnitur yang memanjakan mata […]
Begitu banyak petani yang datang dari daerah, mengorbankan biaya dan tenaga sekeluarga demi perjuangan di ibukota. Entah kenapa harus di ibukota. Begitu sedikit dari mereka berorasi dari atas mobil komando, tahta bergerak para raja dan brahmana khas gerakan Nusantara. Dihantam hujan deras dan terik cahaya, datang dari ribuan kilometer jauhnya, hanya untuk berbaris dan duduk […]
Proses penangkapan ikan di Kepulauan Aru dilakukan oleh nelayan tradisional, nelayan lokal, dan kapal-kapal penangkap ikan industrial. Hulu dari proses produksi perikanan di Kepulauan Aru adalah kapal-kapal nelayan tradisional dengan mesin speed yang memiliki kemampuan berlayar lebih dari 12 mil, bahkan hingga mencapai batas negara Indonesia–Australia. Nelayan-nelayan ini beroperasi selama satu hari dan hasil tangkapan […]