MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

Nikel Morowali: Mengubah Lanskap, Mengobrak-abrik Kehidupan (2)

Tulisan ini merupakan bagian kedua dari Nikel Morowali: Mengubah Lanskap, Mengobrak-abrik Kehidupan. Bagian ini akan mendiskusikan jejaring IMIP mengokohkan kedudukannya sebagai industri tambang terbesar di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara.

***

Menguasai Nikel, Melestarikan Penghancuran

IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park), merupakan salah satu perusahaan pengelola industri berbasis nikel yang terintegrasi dengan produk utama berupa nikel, stainless steel dan carbon steel. Nikel merupakan bahan dasar bahan dasar lebih dari 300.000 produk peralatan dapur, industri, militer, transportasi, elektronik, otomotif, penerbangan, kelautan hingga arsitektur. Menguasai nikel ibarat menguasai sebagian dari kehidupan modern.

Di IMIP telah beroperasi beragam jenis industri pendukung dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lainnya. Namun, di IMIP bukan hanya pabrik pengolahan. Ada pula industri pendukungnya, seperti akomodasi, hiburan, listrik, pelabuhan dan Bandara.

Kawasan Industri IMIP, merupakan kerjasama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Steel Group dari negara Tiongkok.

Secara resmi IMIP berdiri pada 19 september 2013. Memeroleh izin usaha real estate seluas 1000 hektare. Pada 2015, luasan lahan izin usaha menjadi 2000 hektare. Lokasi IMIP di Desa Fatufia, Kecamatan Bohodopi Kabupaten Morowali-Provinsi Sulawesai Tengah.

Laman media daring Lokadata menunjukan, lokasi IMIP tidak jauh letaknya dari tiga areal konsesi pertambangan nikel milik Bintang Delapan Grup yaitu PT Bintang Delapan Energi yang memiliki IUP (Izin Usaha Pertambangan) seluas 4.902 hektar, PT Bintang Delapan Mineral dengan IUP 21.695 hektar dan PT Bintang Delapan Wahana dengan IUP seluas 20.397 hektar.

Kemudian luasan kawasan industri IMIP telah meluas lagi menjadi 3.200 hektare. Dapat diperkirakan, kawasan IMIP akan terus meluas seiring kemudahan perizinan, kehendak mendatangkan investasi berbasis lahan dan buruh murah serta kebutuhan industri terhadap pengolahan nikel dan turunannya. Secara alamiah, industri tambang merupakan aktivitas yang rakus tanah, air dan udara.

Desain kawasan IMIP, selumrahnya model kawasan yang dibentuk pada 2010-an, yaitu kawasan yang dilengkapi dengan berbagai kebutuhan dari tempat hiburan, perkantoran, pelabuhan hingga pasokan listrik. Namun IMIP tidak sekadar kawasan industri. IMIP mengendalikan saranan pendukung dan pabrik-pabrik yang berada di dalamnya.

IMIP memiliki pembangkit listrik mandiri dengan besaran yang melimpah. Bahkan, PLN pernah membeli listrik dari IMIP sebesar 5 Mega Watt, dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), pada 2016 untuk kebutuhan aliran listri Morowali. Dalam rencana terbaru, IMIP akan membangun PLTU dengan kapasitas 350 MW. PLTU baru tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik pabrik-pabrik barunya.

IMIP pun menyediakan perumahan untuk buruh terutama TKA lengkap dengan sarana hiburan dan akomodasinya. Selain itu, kawasan IMIP pun ditetapkan sebagai salah satu OVNI (Obyek Vital Nasional Indonesia) dan PSN (Proyek Strategis Nasional). Negara mengerahkan TNI dan Polri TNI dan POLRI untuk menjaga keamanan iklim investasi di PT IMIP (Kumparan.com, 10/6/2022)

IMIP digadang-gadang akan menjadi salah mata satu rantai pemasok energi di masa depan yaitu energi dari listrik. Terutama untuk produksi katoda baterai EV (Electrical Vehicle) atau kendaraan listrik. Di media massa ditemukan para pejabat dari Presiden Joko Widodo, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan, Menteri BUMN Erick Thohir hingga Kepala KSP Moeldoko getol mempromosikan industri nikel dan baterai listrik ke berbagai pihak. Dari investor pertambangan hingga produsen kendaraan listrik semacam Tesla.

Jika di hulunya pemerintah menyediakan ruang produksi dan kemudahan perizinan, di hilirnya pemerintah menggelontorkan dana demi menciptakan pasar kendaraan listrik. Pemerintah mengeluarkan kebijakan agar masyarakat bersedia menggunakan kendaraan listrik dengan memberikan insentif atau subsidi. Pembeli mobil listrik akan mendapatkan subsidi Rp80 juta, kemudian Rp40 juta bagi pembeli mobil hybrid serta Rp8 juta untuk motor listrik dari setiap pembelian kendaraan listrik.

Kebijakan insentif kendaraan listrik merupakan langkah lanjutan dari kebijakan sebelumnya dalam Peraturan Presiden Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai untuk Transportasi Jalan, kemudian Instruksi Presiden Nomor 7  Tahun 2022 tentang Penggunaan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai sebagai Kendaraan Dinas Operasional dan/atau Kendaraan Perorangan Dinas Instansi Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

Lebih jauh kebijakan tentang nikel dapat ditarik semasa Pemerintahan SBY (Susilo Bambang Yudhoyono). SBY mengeluarkan kebijakan larangan ekspor bahan mentah untuk nikel atau ore. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara mengharuskan pengolahan dan pemurnian bahan baku mineral di dalam negeri sebelum diekspor. Di PT Freeport kebijakan tersebut telah menimbulkan pemecatan lebih dari 8000 buruh. Sementara di industri nikel kebijakan tersebut mendorong kerjasama erat antara Pemerintah Indonesia dan China berkaitan dengan investasi di Morowali.

Pada Oktober 2014, Presiden SBY dan Presiden Xi Jinping menandatangani nota kesepahaman membangun smelter nikel dengan nama PT SMI (Sulawesi Mining Investment) dan PT IMIP (Indonesia Morowali Industrial Park).

Jumlah buruh di IMIP saat ini diperkirakan di atas 60.000 orang. Bupati Morowali bahkan menyebutkan jika buruh di IMIP di kisaran 72.000 orang, dengan sekitar 5000 di antaranya adalah tenaga kerja asing yang mayoritas berasal dari China. Jumlah orang yang bekerja di IMIP nyaris setengah dari total penduduk Kabupaten Morowali yang mencapai 158.510 jiwa, dengan luas wilayah mencapai 5.472 km persegi.

IMIP yang terletak di Bahodopi ini memang topik hangat dalam keseharian penduduk Morowali. Dari keberadaan kawasan industrinya, tenaga kerja asing hingga kemacetan yang selalu terjadi di sekitar waktu buruh pulang dan pergi dengan sepeda motor mereka sebelum masuk ke komplek IMIP. Di Morowali sama sekali tidak ada transportasi umum seperti angkutan kota maupun moda transportasi massal lainnya. Semua tergantung pada kendaraan pribadi. Untuk kebutuhan lalu lintas jarak jauh, warga Morowali mengandalkan travel dan bus.

IMIP menjadi salah satu tempat berkumpul para pekerja dan pencari kerja dari berbagai daerah untuk mengadu nasib. Pencari kerja datang dari warga lokal Morowali, Morowali Utara hingga kota-kota lain, seperti Sulawesi Barat maupun Sulawesi Selatan. Pendatang yang cukup dominan di sekitar Bahodopi datang dari Toraja, Makassar dan Provinsi Sulawesi Selatan. Sebelum ada IMIP, Bahodopi adalah wilayah yang dihuni oleh transmigran dan penduduk lokal, yang mayoritas adalah suku Bungku.

Buruh IMIP kebanyakan tinggal wilayah sekitar kawasan seperti Desa Fatufia, Bahomakmur, Keurea maupun Labota. Mereka tinggal di kontrakan-kontrakan sepanjang jalan utama Trans Sulawesi maupun di dalam jalan-jalan kecil di area perkampungan sekitar.

Seperti kebanyakan pemukiman buruh di mana pun, pemukiman buruh IMIP disertai dengan jalan gang yang rusak. Jalan tersebut beraspal tanah yang dikeraskan atau bebatuan yang dihamparkan dengan alakadarnya. Jika hujan, jalan tersebut menjadi becek, licin dan dipenuhi genangan air.

Kontrakan buruh di IMIP, sedikit luas dibandingkan dengan petakan bagi buruh di Jabodetabek. Di sekitar IMIP kontrakan dihargai dari Rp1,2 hingga Rp 1,6 juta per petak. Biasanya satu kontrakan diisi oleh dua sampai tiga orang buruh, jika belum berkeluarga.

***

Setelah tujuh tahun beroperasi, sebagai penghasil nikel dan komponen baterai listrik, nilai investasi IMIP mencapai USD15,3 miliar atau sekitar Rp235 triliun. Laporan IMIP 2020 menyebutkan, telah menyetorkan pajak dan royalti sebesar Rp5,37 triliun dan Rp9,8 triliun pada 2021. IMIP pun mendaku telah berkontribusi ke Kabupaten Morowali kurang lebih Rp189,562 miliar pada 2021. Angka kontribusi tersebut menopang 19 persen APBD Morowali 2021 yang mencapai Rp1,085 triliun. Dapat dikatakan, bagi Pemda Kabupaten Morowali, keberadaan IMIP memiliki posisi penting. Karena faktor keuntungan ekonomi tersebut aktor-aktor daerah maupun pusat berebut posisi kekuasaan dengan mengabaikan hak-hak dasar buruh dan warga yang terusir dari lahannya.

Dari realisasi investasi, Kabupaten Morowali menempati urutan pertama di Sulawesi Tengah dan urutan ketiga secara nasional pada 2022. Realisasi investasinya mencapai Rp29,3 triliun. Per Januari hingga Maret 2022, Provinsi Sulawesi Tengah menempati realisasi investasi PMA tertinggi di Indonesia. Nilainya sebesar USD 1.319,2 juta. Disusul oleh Jawa Barat dengan posisi kedua dengan realisasi PMA USD 1.271, 9 juta.

Berbeda dengan pasokan superkomplit bagi industri tambang, penduduk Morowali harus akrab dengan harga bahan bakar minyak yang cukup mahal dan sewaktu-waktu tidak mendapat bagian BBM. Lagi pula, kuota BBM telah diserahkan untuk para pedagang bensin eceran atau Pertamini. Harga pertalite Pertamini di pinggir jalan dipatok paling murah Rp15.000 per botol ukuran seliter dan Rp20.000 untuk ukuran botol lebih besar.

Demikian juga dengan LPG 3 kilogram. Harganya berkisar Rp 45.000. Di perbatasan Morowali Utara, di dalam perkebunan, harga LPG 3 kilogram mencapai Rp60 ribu ketika mengalami kelangkaan. Selain itu, pasokan listrik pun tersedia dengan terbatas dan secara rutin mengalami pemadaman. Dalam sehari terjadi dua hingga tiga kali pemadaman aliran listrik.

Isu pemerataan kesejahteraan dan pemerintahan yang bersih barangkali akan menjadi salah satu agenda kritisisme aktor-aktor pembangunan yang menyoroti Morowali. Seperti terjadi di tempat-tempat lain, industri perusak lingkungan dan penghancur kehidupan akan menggelontorkan dana CSR (corporate social responsibility) agar dapat menampilkan wajah ramah lingkungan. Tindakan hipokrit tersebut dilakukan IMIP dengan menggelontorkan dana untuk kampanye Stop Destructive Fishing (DF) dan Illegal Fishing (IF), rehabilitasi mangrove, rehabilitasi sekolah, membangun balai latihan pertanian untuk pertanian berkelanjutan, dan pembangunan pesantren. Untuk melakukan tindakan tersebut, IMIP bekerja bekerjasama dengan Kecamatan Bahodopi, Universitas Tadulako di Palu, Ormas Keagamaan, tokoh agama hingga komunitas pecinta alam,  (Indonesia.id, 11/10/2021; Sultengraya.com, 26/7/2022; kabarselebes.id, 27/9/2022; Kumparan.com, 21/8/2022). IMIP pun mengucurkan dana hibah Rp7,8 miliar untuk pembangunan Markas Komando Batalyon C Pelopor Satbrimob Polda Sulteng (Sultengraya.com, 13/7/2022). Namun, seperti lumrah terjadi di tempat-tempat lain ketika perdesaan menopang kemakmuran perkotaan; negara-negara Utara menopang kemewahan di negara-negara Selatan. Dahulu, Morowali menghidupi kota dengan hasil perkebunan sawit. Saat ini, nikel Morowali dikeruk untuk menggerakkan dan menopang proyek global: transisi energi demi energi bersih. Di luar para pejabat lokal dan pusat serta aktor-aktor yang dibesarkan dari ekonomi rente, masyarakat Morowali adalah keset bagi kebersihan dan kemakmuran kota-kota di dunia. Aspirasi kelas buruh, kaum tani dan nelayan akan terus diabaikan jika tidak membangun kekuatan yang mandiri.

Penulis

Catur Widi
Peneliti Rasamala Hijau Indonesia