MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

Kekerasan Budaya Pasca 1965: Membuka Selimut Kekerasan Tersembunyi Orde Baru


  1. Kutipan pernyataan peserta pendidikan serikat buruh yang membahas “Sejarah gerakan Buruh Indonesia”, pengalaman penulis pada kurun waktu 2009-2010-an. 
    ↩︎
  2.  Aksi Tanggap: Aktivis Pembela Lingkungan Hidup Harus Dibebaskan  • Amnesty International Indonesia
    ↩︎
  3. Hlm. 172 ↩︎
  4. Johan Galtung menulis karya berjudul Peace by Peaceful Means: Peace and Conflict, Development and Civilization (1996). Melalui salah satu artikel berjudul Cultural Violence, Galtung menjelaskan peran ideologi, bahasa, agama, seni, dan pengetahuan sebagai produk budaya dapat digunakan untuk melegitimasi praktik kekerasan, (hlm. 35).
    ↩︎
  5. Hlm 37-38 ↩︎
  6. Arief Budiman, Teori Negara: Negara, Kekuasaan dan Ideologi (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1997),  hlm. 53. Soeharto menjadi otoriter dengan memanfaatkan situasi kepatuhan rakyat pada atasan dan kecenderungan pemimpin yang anti kritik, merujuk pada gabungan teori Mattulada dan Benedict Anderson. ↩︎
  7. Rezim Soeharto memanfaatkan TAP MPRS no. XXV/MPRS/ tahun 1966 untuk melarang penyebarluasan ajaran Marxisme dan Komunisme dan pada gilirannya menjadikannya sebagai dasar membumihanguskan jutaan manusia tak bersalah dengan dalih komunisme. Apa yang dilakukan oleh Soeharto sesuai dengan Teori Hukum Murni (Hans Kelsen).
    ↩︎
  8. Soeharto mengabaikan sebuah prinsip tentang kesamaan hak di hadapan hukum atau paham Rule Of Law yang mulai dikenal sesudah dinyatakan oleh Albert Venn Dicey pada tahun 1885. Dicey kemudian menerbitkan buku Introduction to Study Of the Law Of the Constitusion. Paham the Rule Of Law bertumpu pada system Hukum Anglo Saxon. Atau Common Law System. http://www.negarahukum.com/hukum/konsep-negara-hukum-berdasarkan-konstitusi-timor-leste.html, diakses pada 23 Desember 2017.
    ↩︎
  9. Hlm 58 ↩︎
  10. Hlm 45. ↩︎
  11. Budiman, supra note 4, hlm. 39: untuk mendapatkan kekuasaan yang mutlak selalu dibutuhkan dukungan militer yang kuat sebagai penopang. ↩︎
  12.  Hlm. 66 ↩︎
  13.  Alexander Supartono, “Lekra vs Manikebu, Perdebatan Kebudayaan Indonesia, 1950-1965,” Skripsi, Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyakara, Jakarta, hlm. 44. ↩︎
  14. Hans Bague Jassin atau yang lebih dikenal dengan H.B. Jassin adalah seorang pengarang, penyunting dan kritikus sastra asal Gorontalo. Ia dijuluki Paus Sastra Indonesia oleh sastrawan Gajus Siagian (alm.). Saat itu berkembang suatu keadaan dimana seseorang dianggap sastrawan yang sah bila HB Jassin sudah ‘membaptisnya’. Meski kedengaran berlebihan, namun begitulah adanya. (https://www.merdeka.com/hans-bague-jassin/, diakses pada 18 Desember 2017). ↩︎
  15.  http://www.viva.co.id/siapa/read/71-goenawan-mohamad, diakses pada 18 Desember 2017. Goenawan Mohamad (GM) adalah wartawan dan budayawan. Dalam kaitannya dengan buku KBP 65, peran GM sangat signifikan ketika Manifestasi Kebudayaan dideklarasikan. GM juga mendirikan Komunitas Utan Kayu (KUK) dan Komunitas Salihara. Goenawan Mohamad juga aktor yang bekerja sangat dekat dengan Freedom Institue besutan Abu Rizal Bakrie untuk menggerakan paham liberalisme. Meskipun, pada akhirnya GM berseteru dengan Bakrie dalam kasus desakan Bakri agar Sri Mulyani (sekutu GM) yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Keuangan Era Presiden SBY untuk memanipulasi pajak perusahaan Bakrie. Sebagai bentuk kemarahannya, GM mengembalikan Bakrie Award kepada panitia. ↩︎
  16. Berdasarkan artikel yang dimuat pada http://bio.or.id/biografi-taufiq-ismail/ (diakses pada 18 Desember 2017) disebutkan bahwa Taufiq Ismail merupakan sastrawan ternama di Indonesia. Lahir di Bukittinggi, Sumatera Barat 25 Juni 1935. Dalam buku KBP 65 ini disebutkan bahwa Taufiq bersama Mochtar Lubis, P.K. Oyong (pendiri Kompas), Zaini, dan Arief Budiman mendirikan Yayasan Indonesia, yang kemudian juga melahirkan majalah sastra Horison (1966); Horison adalah sebuah majalah sastra yang dimaksudkan untuk menandingi propaganda kebudayaan Lekra. Akhirnya Taufiq Ismail berseteru dengan GM karena aktivitas Komunitas Utan Kayu dan Komunitas Salihara yang mempromosikan syahwat. Taufik  Ismail menyebutkan bahwa KUK hanya segerombolan manusia yang gemar mengumbar syahwat (KBP 64, hlm. 222).
    ↩︎
  17. Arief Budiman, ibid.,hlm. 39. ↩︎
  18. http://www.geocities.ws/simpang_kiri/kebudayaan/lekra.pdf, hlm. 32. Diakses pada 7 Desember 2017 ↩︎
  19. Hlm.  83.,.,., ↩︎
  20. Hlm. 84-85.  Naskah deklarasi pada Kongres CCF tersebut sangat mirip dengan naskah deklarasi Manikebu. ↩︎
  21. Hlm. 265 ↩︎
  22. Hlm. 268 ↩︎
  23.  Hlm. 278 ↩︎
  24. Hlm. 276 ↩︎
  25. Hlm. 272 ↩︎
  26. Penjelasan semacam ini terdapat dalam Novel Karya Pamoedya Ananta Toer berjudul Arok Dedes (hlm. viii):  Begitu selesai membaca Novel Arok Dedes yang berlatar peristiwa abad 13, pembaca akan beralih kepada peristiwa abad 20 di tahun 1965. Noorca M. Masardi berhasil menggunakan metode cerdas tersebut dalam Novel September. ↩︎
  27. ‘Pencabutan’ Tap MPRS 33/1967 menjadi tonggak penting pemulihan nama baik Sukarno – BBC News Indonesia ↩︎
  28.  Prabowo: Gerakan Komunisme di Indonesia Diduga Masih Eksis – News Liputan6.com ↩︎
  29. KontraS: Pidato Prabowo soal Komunis Bahaya jika Dianggap Komando – Nasional Tempo.co ↩︎
  30. Presiden KSPI: Gerakan Buruh Tak Bisa Disamakan dengan Gerakan Komunis – Universitas Airlangga Official Website (unair.ac.id) ↩︎