MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

Bagaimana Perekrutan Ojol?

Sekarang ini, pengemudi Ojek Online (ojol) banyak ditemui di jalanan dengan beragam lambang dan warna jaket sesuai dengan aplikasi yang digunakan. Bekerja sebagai Ojol pun sudah menjadi hal yang umum bagi masyarakat di berbagai wilayah. Meskipun terdapat ragam risiko yang membayangi, pekerjaan ini tetap digandrungi oleh berbagai kalangan, dari yang muda, tua, single, menikah hingga single parent. Semuanya memiliki kisah ceritanya masing-masing dalam memilih bekerja sebagai Ojol.

Dari ragam cerita Ojol tentang bagaimana mereka bekerja di jalan dan bertarung dengan segala risiko, ada cerita lain yang  cukup  menarik untuk disoroti yaitu bagaimana mereka mendaftar sebagai Ojol.

Dalam laman resmi aplikasi Grab, Gojek, Maxim dan Shopee, dijelaskan secara detail tentang syarat apa yang diperlukan untuk dapat menjadi Ojol hingga mendapatkan akun aktif. Syarat-syarat tersebut mirip dengan kualifikasi lowongan kerja di sebuah perusahaan, kecuali syarat pendidikan dan pengalaman. Namun, operator aplikasi menyebut kualifikasi tersebut dengan ‘daftar jadi mitra’. Dalam kualifikasi tersebut disebutkan mengenai kewarganegaraan, usia, kepemilikan kendaraan hingga surat keterangan catatan dari kepolisian (SKCK).

 Calon pendaftar juga diberikan pilihan cara untuk  mendaftar, datang langsung ke kantor atau via online menggunakan aplikasi di Hand Phone (HP). Setelah proses pendaftaran, pendaftar akan diminta menunggu informasi lanjutan mengenai diterima tidaknya calon Ojol dari pihak aplikasi melalui pesan singkat atau surat elektronik.

Bagi kalangan muda dan dewasa tengah, mendaftar online menjadi cara yang lebih praktis dan efisien. Hal tersebut dikarenakan kaum muda dan dewasa tengah merupakan generasi yang melek teknologi. Sebaliknya, bagi sebagian kalangan dewasa tengah dan akhir mendaftar dengan datang langsung ke kantor menjadi pilihan yang lebih mudah. Tidak jarang bila menggunakan via online atau menggunakan aplikasi mereka membutuhkan bantuan orang terdekat untuk membantu proses mendaftar sebagai ojol.

Semakin banyak pengemudi ojol berseliweran, semakin meningkatkan ketertarikan seseorang untuk mencari tahu informasi tentang pekerjaan tersebut. Pertanyaan kemudian muncul tentang bagaimana mereka dengan mudah mendapatkan pekerjaan tersebut. Canggihnya teknologi dan banyaknya iklan tidak hanya menjadi peran utama dalam penyebaran informasi perekrutan. Tidak jarang pertanyaan tersebut ditanyakan langsung oleh penumpang pada saat menggunakan jasa tersebut.

Namun, di balik ketertarikan terhadap pekerjaan Ojol didorong pula oleh kondisi sosial, di mana mendapat pekerjaan semakin sulit dan mahal. Pekerjaan di ranah formal menyaratkan pendidikan, usia dan kemampuan. Di sektor garmen, tekstil dan sepatu memang tidak disebutkan kualifikasi pelamar harus perempuan, tapi yang pasti diterima adalah perempuan. Tidak disebutkan pula harus membayar kepada penyalur tenaga kerja, tapi mekanisme calo tenaga kerja berbayar semakin lumrah.

Sekilas menjadi Ojol tampak bebas: dapat mengatur waktu sesuai kebutuhan dan dapat dilakukan di mana pun. Sementara jenis pekerjaan umumnya terikat waktu, menyaratkan batas usia maksimum, kualifikasi pendidikan, dan pengalaman.

Pada dasarnya tidak ada perbedaan mencolok dari syarat dan proses pendaftaran tiap aplikasi. Di balik itu, tetap saja ada beberapa tahapan yang perlu dilakukan oleh calon pengemudi ojol hingga mereka mendapatkan akun. Untuk mendapatkan akun aktif dan dapat menggunakannya untuk bekerja tidak mudah. Mereka harus melalui tahapan menunggu verifikasi data, pelatihan mengendara, hingga peningkatan pengetahuan yang membutuhkan waktu. 

Sebut saja Noa, Maudi, Rosa, Cinta, Inayah dan Raisa, mereka merupakan perempuan Ojol dari aplikasi yang berbeda. Di bawah ini, akan diceritakan secara singkat bagaimana mereka mendaftar sebagai pengemudi ojol.[1]

***

Tidak rela menunggu

Noa asal Bekasi merupakan korban PHK di kantor tempatnya bekerja di Jakarta tahun 2020. Setelah beberapa bulan menganggur, ia pun mencari pekerjaan yang masih dapat menghasilkan namun tidak terikat dengan waktu kerja yang tertib. Ia melihat kesempatan tersebut sebagai kurir Shopee Food, yang baru membuka lowongan baru.

Noa kemudian mencari informasi tentang pendaftaran pengemudi ojol Shopee Food di internet. Baginya, pendaftaran tersebut cukup mudah. Ia pun mendaftar pada pertengahan 2021. Namun ia harus menunggu kurang lebih dua bulan. Setelah itu, ia datang ke kantor dan membawa berkas asli untuk verifikasi data. Besoknya, akun Shopee Food-nya sudah dapat digunakan.

Lain cerita dengan Maudi, setelah keluar dari pabrik karena iklim kerja yang buruk, ia pun mencari pekerjaan baru. Ketika bepergian bersama suami dan anaknya, di jalanan ia melihat perempuan bekerja sebagai pengemudi Ojol. Ia pun tertarik dan mulai mendaftar pada 2017.

Maudi mendapat informasi di internet tata cara menjadi pengemudi Ojol dan menghubungi kontak tertera untuk mengirim pesan singkat mendaftar. Lebih lama dari Noa, Maudi harus menunggu tiga bulan untuk mendapatkan undangan dari Gojek di kantor Bogor. Maudi membawa semua berkas sebagai persyaratan ke kantor Gojek. Namun yang menjadi persoalan Maudi adalah tes kelayakan mengemudi. Dan, tes mengemudi dilaksanakan di Tangerang. Maudi pun harus membawa kendaraannya untuk melaksanakan tes kelayakan mengemudi di tempat yang telah ditentukan.

***

Jalan pintas menjadi pengemudi Ojol

Cerita lain adalah Cinta dan Rosa. Agar segera mendapatkan akun aktif, keduanya mendaftar sebagai pengemudi Ojol dan membayar ke calo. Keduanya sama-sama mendaftar pada aplikasi di tahun 2019. Bedanya Cinta mendaftar aplikasi Grab di Bogor dan Rosa mendaftar aplikasi Gojek di Bekasi.

Mulanya Rosa diajak bekerja menjadi pengemudi Ojol oleh teman mamanya. Rosa tertarik. Ia pun mencari informasi pendaftaran menjadi pengemudi Ojol di media sosial Facebook. Ia pun menemukan satu akun pribadi yang menawarkan jasa pendaftaran menjadi pengemudi Ojol dengan cepat dan mudah. Tapi, Rosa diminta untuk membayar biaya Rp500 ribu agar proses pendaftaran tanpa mengantri. Rosa pun menyetujuinya. Rosa tidak tahan terlalu lama menganggur.

Si calo menjelaskan, setelah membayar ia diminta melengkapi proses pendaftaran ke sebuah kantor di Jakarta—meskipun sebutannya kantor tapi sebenarnya itu adalah rumah tinggal. Di ‘kantor’ itu ia bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai agensi yang membantu penyelesaian pendaftaran. Rosa pun menyerahkan berkas-berkas fotokopi hingga foto diri di tempat, pada saat itu juga. Setelah menunggu beberapa jam, proses pendaftaran selesai. Benar saja, akun pengemudi Ojol Rosa aktif dan dapat digunakan.

Sementara itu Cinta mendaftar melalui temannya. Ia membayar Rp100 ribu. Teman tersebut adalah tetangga di kampungnya yang biasa membawa orang-orang untuk mendaftar pengemudi Ojol Grab ke Cibubur. Temannya itu memiliki kakak ipar yang bekerja di kantor Grab.

Dalam proses pendaftaran itu, Cinta diminta untuk ke Kantor Grab di Cibubur dengan membawa berkas persyaratan. Setelah selesai dengan berkas, foto diri dan tes kelayakan mengemudi, ia diwajibkan menonton 50 video, seperti Grab akademi. Menonton 50 video dalam waktu singkat, bagi Cinta, seperti membuang waktu. Cinta tidak bersedia menonton video tersebut. Tapi, temannya menawarkan mengganti menonton 50 video tersebut dengan membayar Rp100 ribu. Cinta pun menyetujui syarat tersebut. Tidak berselang lama, akun pengemudi Ojol Cinta pun aktif. Ia pun segera mengisi akun tersebut dan pulang ke rumah.

Rosa juga memiliki pengalaman lain ketika mendaftar sebagai pengemudi ojol aplikasi Grab. Pada pendaftaran aplikasi ke dua yaitu Grab pada 2020, ia ditawarkan bantuan pendaftaran oleh teman mamanya agar tidak menunggu lama. Bedanya, Rosa tidak perlu membayar biaya apapun hanya saja ia harus mengikuti semua proses pendaftaran dari awal hingga akhir di Cibubur. Penyerahan berkas, foto diri hingga tes kelayakan mengemudi ia lakukan. Rosa hanya mengeluhkan semua proses tersebut ia lakukan di tempat yang jauh sehingga membuatnya harus mengendarai motornya sendiri dari Bekasi hingga ke Cibubur.

***

Strategi ‘Menjemput Bola’

Raisa menetap di Sukabumi setelah di PHK dari pabrik pada 2017. Raisa memikirkan cara mendapat pekerjaan baru. Ketika sedang berjalan kaki, ia singgah ke Base Camp (BC) sebuah komunitas Ojol untuk meminta bantuan jasa mengantarnya pulang ke rumah. Secara kebetulan, pekerja kantor Grab sedang berkunjung ke BC tersebut. Rupanya Grab sedang mencari orang yang bersedia menjadi pengemudi ojol. Raisa ditawarkan untuk mendaftar, ia pun bersedia. Setelah itu, Raisa diminta untuk mendaftar dan membawa kelengkapan berkas pada saat pertemuan berikutnya di BC komunitas ojol lain. Raisa kemudian  resmi  menjadi pengemudi Ojol pada 2018.

Rosa memiliki  pengalaman yang serupa dengan Raisa hanya beda aplikasi. Rosa pernah ditawarkan untuk menjadi pengemudi aplikasi Shopee Fooddi sebuah BC tempat teman mamanya. Rupanya, pekerja kantor Shopee Foodsengaja mengunjungi BC-BC dan menawarkan setiap orang menjadi pengemudi kurir aplikasi tersebut. Pekerja tersebut pun membawa laptop serta alat scan dan lainnya sehingga proses pendaftaran bisa diproses langsung di tempat tersebut. Rosa pun memiliki akun Shopee Foodpada 2022 namun hanya bertahan tiga bulan untuk mejadi akun aktif.

Terakhir adalah Inayah yang merupakan pengemudi ojol asal Serang. Sebelumnya ia bekerja sebagai pengantar panganan kue basah tiap hari Senin hingga Jumat ke warung-warung di Merak. Pagi hari, Inayah mengantarkan dagangan kue basah, dan sore hari mengambil kembali kue tersebut.

Suatu hari dalam pengantarannya, Inayah melihat pengemudi Ojol Maxim berseliweran. Ia tertarik menambah pekerjaan dan penghasilan. Setelah mendapatkan informasi, ia mencari kantor Maxim dan menemukan kantor tersebut di Cilegon. Proses pendaftaran cukup mudah. Inayah memberikan syarat berkas-berkas tanpa harus tes kelayakan mengendarai sepeda motor. Tapi Inayah mengikuti tambahan pelatihan mengenai penggunaan Maxim di Islamic Centre. Katanya, training tersebut meminimalisasi kesulitan ketika bekerja.

***

***

Cerita singkat enam perempuan pengemudi Ojol di atas, memberikan gambaran tentang bagaimana proses perekrutan menjadi pengemudi Ojol pada tiap aplikasi, makna akun bagi operator aplikasi, dan aspek kemitraan dalam yang dimaksud oleh operator aplikasi.

Terdapat beberapa proses perekrutan: ada calon pengemudi yang datang secara mandiri ke kantor, mendaftar melalui internet, bantuan teman hingga diajak secara langsung oleh pekerja kantor aplikasi masing-masing.

Proses pendaftaran pun beragam dari yang mudah dengan waktu yang lama hingga mudah dengan waktu yang sesingkat-singkatnya.

Terdapat kemiripan dari pengalaman setiap perempuan Ojol di atas walaupun berada pada daerah yang berbeda. Meskipun penjabaran beberapa contoh cerita di atas tidak menjadi ukuran, namun tidak menutup kemungkinan terdapat lebih banyak hal serupa di luar sana yang dialami oleh pengemudi Ojol lainnya. Menariknya dari cerita di atas adalah proses pendaftaran menunjukkan sifat perekrutan yang tidak transparan alias tidak terbuka.

Contoh dari pengalaman Cinta dan Rosa yang harus membayar dalam agar proses pendaftaran sehingga ia terdaftar dengan cepat. Dengan begitu, proses  ini akan  menyingkirkan orang-orang  yang  mendaftar melalui online. Sebab dengan mendaftar melalui calo atau ‘orang dalam’ maka prioritas mendapatkan akun akan didahulukan daripada yang menggunakan jalur murni. Pengalaman yang diceritakan oleh Maudi dan Noa yang baru menerima panggilan undangan ke kantor setelah  dua hingga tiga bulan lamanya merupakan rekayasa dari sistem perekrutan. Mereka ditempatkan pada sistem tunggu padahal terdapat calon lainnya yang dengan mudah mendaftar dalam waktu sehari.

Proses itu juga dapat membuat pendaftar pengemudi Ojol menjadi kehilangan haknya atas informasi dan pengabaian terhadap keselamatan pengemudi ojol. Meskipun secara nyata pengemudi Ojol memang tidak memiliki jaminan karena dianggap sebagai Mitra. Dalam hal ini, perusahaan aplikasi barang kali memanfaatkan situasi ini dalam rangka meningkatkan perspektif ketertarikan semu. Padahal, di balik itu semua ketidakjelasan perekrutan menjadi pengeruk keuntungan dari calon pendaftar.

Persaingan perekrutan tiap aplikasi pun dapat terlihat dengan metode ‘menjemput bola’ seperti yang dilakukan oleh Shopee dan Grab di daerah tertentu. Demi meningkatkan kuantitas peminat dalam persaingan maka mendatangi setiap tempat BC komunitas menjadi salah satu cara  merekrut pendaftar. Itu pula yang menyebabkan banyaknya pengemudi Ojol baik itu laki-laki dan perempuan memiliki beberapa akun. Barangkali juga, tidak salah apabila dikatakan bahwa banyaknya jumlah perekrutan hanya sebagai obyek angka semata untuk persaingan.

Persoalan lain berupa proses  pendaftaran yang harus dilalui tidak sederhana alias tidak praktis. Calon pendaftar di daerah tertentu harus pergi jauh ke kantor pusat untuk proses pendaftaran. Hal tersebut dikarenakan tidak terdapatnya kantor cabang di tiap daerah sehingga  akses hanya satu tempat yaitu kantor  pusat. Calon  pengemudi harus  meluangkan waktu dan biaya lebih untuk pergi menuntaskan proses tersebut. Cerita ini muncul pada pengalaman Rosa, Cinta dan Maudi yang harus berangkat dari kota asalnya  ke  kota lain untuk kelengkapan berkas atau tes kelayakan berkendara.

Pada dasarnya, tahapan  penambahan  informasi terkait penggunaan aplikasi dan hak bagi pengemudi menjadi nilai tambah kepercayaan dan keamanan calon pendaftar. Seperti pengalaman dari Inayah yang mendapatkan informasi dan pengetahuan sehingga mempermudah penggunaan  aplikasi ketika bekerja. Tapi ada juga tahapan yang  membutuhkan waktu lama guna melengkapi proses pendaftaran, seperti cerita Cinta terdapat tahapan menonton 50 video. Bagi sebagian orang, tahapan  ini akan  menjadi hal  yang  membosankan atau tidak menyenangkan karena menggunakan waktu yang  lama untuk  menonton. Sedangkan diketahui bahwa tingkat konsentrasi  seseorang paling  lama dua jam. Dengan adanya tahapan ini, bisa jadi para calon pendaftar tidak  sepenuhnya menyerap informasi yang diberikan.

Terlepas dari segala proses tahapan yang harus dilalui, dapat ditarik kesimpulan bahwa proses perekrutan yang dilakukan oleh tiap aplikasi terdapat muatan tidak transparan dan tidak sederhana. Ditambah tidak adanya jaminan kesehatan dan keselamatan pada pengemudi ojol karena hanya dianggap sebagai mitra. Ketidakterikatan ini membuat pengusaha aplikasi berupaya lepas dari segala tanggung jawab yang selayaknya mereka berikan  kepada pengemudi ojol. Dari saingan memperbanyak mitra, rumitnya proses pendaftaran, hingga membayar pada calo, dapat dikatakan bahwa perusahaan aplikasi mencari keuntungan di balik perekrutan semu.

Perekrutan pengemudi Ojol yang diklaim sebagai mitra sama sekali tidak memperlihatkan prinsip-prinsip kemitraan. Prinsip kemitraan menyaratkan kesetaraan dan negosiasi yang adil. Prinsip kemitraan, sebagaimana tertulis dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2013 tentang tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pasal 10, mencakup prinsip saling membutuhkan, saling mempercayai, saling memperkuat, dan saling menguntungkan. Klaim kemitraan dari aplikasi nyatanya tidak saling memperkuat dan menguntungkan. Sebaliknya, pengemudi Ojol semakin dilemahkan dan dirugikan.[]


[1] Nama-nama yang disebutkan bukan nama sebenarnya.

Penulis

Nindya Utami