PT Panggung Jaya Indah Textile (Pajitex) & Perkembangan Industri Tekstil di Jawa Tengah
Jika dilihat dari perkembangan dunia tekstil dan garmen di Indonesia maka nama-nama industri besar yang muncul adalah seperti PT Sri Rejeki Isman Tbk (Sritex) yang berpusat di Kota Solo, PT Dunia Setia Sandang Asli Tekstil (Duniatex) yang berpusat di Kabupaten Semarang, dan PT Pan Brothers yang berpusat di Kota Tangerang dan Bandung. Secara historis, memang Jawa Barat menjadi salah satu wilayah yang lekat dengan perkembangan tekstil. Sementara itu, perkembangan industri tekstil yang cukup pesat dan populer ada di Jawa Tengah, salah satunya PT Pan Brothers.
Dalam catatan Kemenperin di sektor TPT-TGSL, industri tekstil di Jawa Tengah mampu mendongkrak pertumbuhan ekonomi sekitar 7 persen dan menjadi primadona ekspor.[1] Kini, pemerintah tengah mengkaji pembangunan Kawasan Industri Siwalan di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah dengan fokus klaster industri tekstil dan sarung pemintalan.[2]
PT Panggung Jaya Indah Textile (Pajitex), merupakan salah satu industri tekstil di Jawa Tengah yang cukup ternama. Perusahaan tersebut ditengarai milik Cholid Bawazier yang merupakan pengusaha besar berdarah Arab. Pabrik ini dibangun pada 1985 dan resmi beroperasi pada 1986. Industri ini menghasilkan komoditas sarung dengan merek dagang “Sarung Mangga”.
Sekitar 40.000 kodi sarung dihasilkan oleh PT Pajitex dalam rentang satu bulan di tahun 2023. Hampir seluruh komoditas sarung yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut digunakan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri, yakni di kawasan Timur Tengah dan Malaysia. Sementara, ada sekitar 1.500 orang buruh yang menggantungkan nasibnya di PT Pajitex.
PT Pajitex berdiri di antara pemukiman padat huni dari dua administrasi desa, yaitu Desa Watusalam dan Desa Kertoharjo. Sebagai perusahaan tekstil, PT Pajitex beroperasi dengan menggunakan energi uap. Pasokan uap diperoleh dari mesin boiler dengan energi batu bara terbakar. Sebelumnya, pada 1986, PT Pajitex menggunakan bahan bakar solar. Rojali, salah satu narasumber kami menjelaskan, bahwa di masa penggunaan bahan bakar solar, jumlah produksi kain sarung perusahaan sangat sedikit.
“Mesin berjenis shuttle dan RRC dalam sehari hanya mampu menghasilkan lima potong kain. Sementara, jika dibandingkan dengan kondisi hari ini jumlahnya sudah jauh berbeda. Dengan mesin boiler berbahan bakar batu bara dan hadirnya tiga mesin tenun bernama Picanol, Air Jet Loom (AJL), dan Rapear, sebagai pengukuran untuk satu jam, PT Pajitex bisa menghasilkan sepuluh potong kain sarung.”
Rojali, salah satu mantan buruh PT Pajitex
Penggantian mesin tenun berdampak terhadap peralihan energi. Bahan bakar solar digunakan sampai 2006. Setelah itu, perusahaan mengganti mesin bahan bakar solar oleh batu bara dan bersamaan dengan pendirian cerobong asap baru.
Mesin pemanas berbahan batu bara ini menghasilkan energi uap yang dibutuhkan oleh perusahaan untuk menggerakan seluruh mesin produksi di dalam pabrik. Kepul uap yang berguna untuk menjalankan proses produksi, dari persiapan benang, pencelupan, penenunan, pembakaran bulu sisa-sisa benang, dan pencetakan (printing) motif kain sarung, serta proses finishing kain sarung.
Seiring waktu, pada 2020, PT Pajitex memperluas area operasi pabriknya. Semula yang hanya memiliki satu gedung, bertambah menjadi dua gedung. Lokasi gedung pabrik yang baru bersebelahan dengan gedung pabrik sebelumnya. Tepatnya, gedung pabrik yang baru tersebut berada di bagian sisi timur. Selain memperluas area gedung, PT Pajitex juga membeli mesin boiler baru dan mendirikan cerobong asap baru. Lokasi cerobong asap baru ini berjarak lebih dekat dengan pemukiman warga RT 13 dan 14 RW 07 Desa Watusalam. Sehingga, dampak lingkungan yang diciptakan sangat jauh berbeda. Perubahan mesin tenun menjadi penanda PT Pajitex mengalami peningkatan produksi. Konsekuensinya, laju krisis lingkungan yang terjadi semakin membesar dan tak terelakan.[Lanjut baca bagian 3]
[1] HUMAS JATENG. “Produk Tekstil Jawa Tengah Masih Jadi Primadona Ekspor”. https://humas.jatengprov.go.id/detail_berita_gubernur?id=2957, diakses pada 20 Oktober 2022.
[2] Kemenperin. “Pekalongan disiapkan untuk Industri Tekstil”. https://www.kemenperin.go.id/artikel/16892/Pekalongan-Disiapkan-untuk-Tekstil, diakses pada 20 Oktober 2022.
Jika Anda menikmati membaca cerita ini, maka kami akan senang jika Anda membagikannya!