MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

Menemukan Solidaritas di PHI Jakarta

https://www.google.co.id/search?q=solidaritas+buruh+ksn&espv=2&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiC2J3fg7fTAhUDTY8KHU4vB1IQ_AUIBigB&biw=1366&bih=662#imgrc=Wo5UIjukgEi0QM:


https://www.google.co.id/search?q=solidaritas+buruh+ksn&espv=2&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwiC2J3fg7fTAhUDTY8KHU4vB1IQ_AUIBigB&biw=1366&bih=662#imgrc=Wo5UIjukgEi0QM:

Meski datang terlambat karena harus mempersiapkan Pers Release Presiden KSN untuk media, saya sudah merasakan aura perlawanan itu di halaman PHI. Sejak menaiki tangga jembatan penyebrangan di depan Gedung KFC MT. Haryono yang juga tepat di seberang gedung PHI, saya sudah “merinding” sekaligus geram…… Puluhan polisi berbadan kekar dan senjata laras panjang dicangklongkan di pundaknya sedang menikmati nasi kardus dengan cap masih basah bergambar KFC. Ini mempertegas bahwa posisi perhitungan kami sehari sebelumnya bahwa polisi akan berhadap-hadapan dengan kami di PHI. Sebab, selain mempersiapkan aksi ke PHI Jakarta untuk mendukung kawan-kawan Serikat Pekerja PT. PLN (Persero), direncanakan juga rangkaian aksi ke Kantor Pusat KFC di lokasi yang saling berseberangan tersebut.

Hari itu adalah 13 Februari 2012, sebuah siang yang terik karena matahari panas membakar ratusan buruh yang mayoritas beratribut merah di PHI Jakarta. Suara orasi berebut ruang dengan laju kendaraan dan suara bising kendaraan yang terjebak macet di jalanan depan pengadilan dan suara pengeras di dalam pengadilan mengumumkan agenda Sidang. Hari itu, SP. PLN bertarung dalam sidang terakhir dengan agenda pembacaan putusan atas gugatan SP. PLN yang diketuai oleh Riza Fauzi melawan Direktur Utama PT. PLN (persero) atas Perjanjian Kerja Bersama (PKB) yang dibuat bersama dengan Sekelompok orang yang mengakui Serikat Pekerja PLN…..

Memasuki halaman PHI saya disambut oleh beberapa Polisi Brimob yang over acting. Nanya ini itu siapa saya dan mau apa ke PHI, kata mereka seraya basa basi menjelaskan prosedur pengamanan PHI. PERSETAN! Dalam hati saya mengumpat. Belum sempat saya tolak pemeriksaan tidak perlu itu, Wakapolsek Pancoran menyapa saya dan mengatakan Pak, ditunggu Pak Kapolsek untuk berkoordinasi pengamanan sidang PHI. Polisi sok jagoan tadi pergi tanpa ber ba bi bu lagi……. basa basi tidak penting dengan Wakapolsek saya lewati tanpa selera. Sebab, basa basi yang sama sudah saya rasakan sejak hari Jum’at sebelumnya ketika kami melakukan aksi menginap di PHI Jakarta sebagai upaya pra kondisi aksi untuk “memanaskan” suasana sebelum persidangan di gelar.

30 menit berikutnya, ketegangan di halaman PHI memuncak…….. gara-garanya tentu saja Polisi Brimob yang over acting mau mengambil alih mobil komando. Selain itu, polisi yang lain mengintimidasi sopir (yang kebetulan seorang ketua serikat pelabuhan, jadi tidak mempan intimidasi). Sambil menghalau dan memegang tangannya, kepada Polisi arogan itu saya katakan, kalau kamu bukan komandan, jangan sok jagoan mau kendalikan mobil komando……. Sial, Polisi Brimob dengan senjata laras panjang ditangannya itu membentak, “Buat apa kamu pegang-pegang tangan saya?” Saya jawab, “ Saya tidak ada urusan dengan kamu! Silakan pergi atau kawan-kawan massa aksi akan berbicara dengan kamu…..!”

15 menit sesudahnya, saya meminta ijin kepada korlap untuk berbicara diatas mobil komando. Kalimat pertama yang saya katakan adalah, “Saya sedang berbicara dengan Komandan Tertinggi Polisi di lokasi ini. Saya hanya mengingatkan bahwa kesepakatan kita sehari sebelumnya adalah pimpinan berbicara dengan pimpinan. Artinya, hanya komandan polisi saya yang berhak bicara dengan pimpnan tertinggi dalam struktur aksi……” ……………….. saya sebutkan nama Nanang sang polisi jagoan yang akan mengambil alih mobil komando dan mengusir supir dari kemudi, yang sesegera setelah itu diselamatkan oleh kawannya untuk minggir agar tidak menimbulkan keributan…… Dari pojok teras PHI, di tengah-tengah barisan polisi yang masih bersitegang adu oto dorong-dorongan, wakapolsek Pancoran mengacungkan jempolnya dan saya tidak tahu apa artinya. Mungkin semaca “like” dalam facebook…. Berangsur, komandan bapor KSN dan komandan polisi berhasil menenangkan barisannya masing-masing dan ketegangan sedikit mereda.

Solidaritas Bukan Heroisme

Cerita ini bukan berisi perilaku heroic (oleh siapapun), tetapi hanya sebuah gambaran singkat saja terkait dengan aksi buruh yang luar biasa di pelataran PHI Jakarta. Mereka yang aksi di PHI hari itu, datang dengan mengumpulkan uang serupiah demi serupiah, dari upah mereka yang tidak banyak itu – hanya berjumlah UMK- dan juga resiko ancaman terPHK karena berantem dengan HRD ketika meminta dispensasi. Disamping itu, mereka juga mengeluarkan uang dari kantong mereka untuk beli kopi di PHI, beli aqua di lokasi aksi. Itu juga masih ditambah dengan membayar 1000 – 3000 rupiah sebagai ongkos sablon ikat kepala untuk menjadi aksesoris aksi. Dan sekedar catatan : ketika buruh itu aksi di Jakarta, artinya mereka juga kehilangan uang sekitar 30 ribu karena uang makan, uang transport dan insentif produksi yang dipotong sebagai akibat mereka tidak bekerja. Sebagaimana disampaikan Ahmad Daryoko, Presiden KSN sekaligus permintaan maaf dalam orasi penutup aksi, ternyata buruh-buruh perempuan itu banyak yang belum sarapan karena mereka sudah datang dari Bandung dan tiba di PHI jam 4 pagi. Mereka tidur di masjid dekat SPBU di sekitar Cikoko.

500an orang massa aksi yang hari itu hadir, adalah massa aksi dari anggota KSN yang berasal dari FSBKU Banten, FSPK Jawa Barat di Bandung dan Karawang, FSP2KI dari PT. Pindo Deli Karawang, FSP BUMN Strategis, Perwakilan DPD SP. PLN dari beberapa provinsi di luar Jakarta, kawan-kawan buruh PT. Siliwangi anggota FPBJ, FSPM hotel, FSP Media Independen, dan juga dari SBK Jawa Timur yang akan melanjutkan aksi di Kantor KFC. Sebagian dari mereka bahkan sudah datang sehari sebelumnya.

Apa kata kunci dari semua ini? saya hanya menemukan satu kata kunci dari semua itu : SOLIDARITAS! Coba dengarkan kata Hermawan Koordinator massa aksi dari FSPK Jawa Barat  dalam orasinya, “Hari ini, saya menyaksikan betapa hebatnya bapak-bapak  SP. PLN ini. Mereka hadir dengan semanga dan militansi yang luar biasa. Untuk mereka yang sudah berusia diatas 50 tahun ini, sekarang saya tidak lagi ragu menyebut mereka dengan kata Bung…..!” Lalu catat kalimat Koswara -komandan Bapor dari FSBKU Tangerang-, “Polisi, nama saya Koswara. Silakan foto dan rekam wajah saya sepuasnya dan tangkap saya kalau kehadiran saya untuk membela SP PLN ini dianggap sebagai kriminal”. Lalu Yori, Sekjen IKAGI (Ikatan Awak Kabin Garuda Indonesia) yang sudah bergabung menjadi anggota FSP BUMN Strategis juga mengatakan hal sama. Orasi Yori tak kalah galak mengancam polisi, ” menghadang buruh untuk berserikat, adalah pidana!”. Rupanya Yori terbakar karena melihat buruh berbaju merah bentrok dengan Polisi.

Solidaritas Berbuah Kemenangan

Sekitar pukul 13. 30, suasana di PHI Jakarta semakin riuh setelah hakim PHI selesai membacakan putusan yang memberikan putusan tegas memenangnkan gugatan yang diajukan DPP SP. PLN dibawah kepemimpinan Riza Fauzi. Hakim, dengan segala pertimbangan hukumnya menyatakan dalam putusannya bahwa PKB bodong yang dibuat oleh Dirut PLN Dahlan Iskan bersama dengan sekelompok orang yang mengaku sebagai Serikat Pekerja dinyatakan batal demi hukum karena dibuat dengan proses yang penuh muslihat dan manipulasi dan memerintahkan kepada Dirut PLN untuk kembali kepada PKB 2006-2008 yang ditanda tangani oleh Ahmad Daryoko. Implikasi hukum dari kemenangan tersebut adalah kembali diakuinya legalitas SP. PLN di bawah kepemimpinan Riza Fauzi yang selama bertahun-tahun diberangus dengan berbagai cara. Salah satunya adalah melalui pengusiran dari Kantor yang mengakibatkan seluruh asset dan dokumen serikat hancur pada 4 Oktober 2012.

Kemenangan ini, tentu saja milik semua buruh. Bukan saja anggota SP. PLN, tetapi juga menjadi milik semua buruh karena pada gilirannya akan menjadi titik balik pembangunan kekuatan SP. PLN untuk kembali menggelorakan semangat perlawanan terhadap rencana pemerintah melakukan privatisasi PLN dengan menjualnya kepada pihak asing. Dalam pandangan kamu buruh, kalau PLN di privatisasi, maka mekanisme pasar akan menjadi panglima sehingga harga listrik yang saat ini hanya sekitar 700 rupiah per Kwh, bukan tidak mungkin akan melonjak menjadi 3000 rupiah / Kwh. Dengan kenaikan harga listrik, maka industry akan mengalami kebangkrutan karena mahalnya biaya produksi. Kebangkrutan industry, akan membuat jutaan buruh terPHK. Sebuah analisa hebat dari buruh sebagai benang merah tegas.

Semangat itulah yang menggerakan buruh dari berbagai serikat, dari berbagai kota dan dari berbagai sector baik manufaktur, perhotelan, jasa, pekerja informal dan juga anggota SP. PLN di berbagai wilayah untuk hadir di PHI atau bahkan memulai dukungan jauh sebelum hari terakhir persidangan dengan mengirimkan sms tekanan kepada hakim, ketua pengadilan negeri Jakarta Pusat dan juga membanjiri facsimile di Kantor Pengadilan dengan surat tekanan. Sungguh, sebuah solidaritas yang berakhir dengan kemenangan.

Solidaritas itu adalah Kunci

Di akhir tulisan ini, saya hanya ingin menambahkan sedikit saja bahwa solidaritas itu adalah mata rantai yang sangat panjang…….. Dimulai dari buruh di rumah kontrakan yang bangun tidur jam 4 pagi atau bahkan tidak tidur karena jam 12 malam sesudah mereka pulang kerja shift 2 terus sudah di tunggu bis dari Bandung menuju PHI Jakarta – lalu bertemu dengan buruh2 lain dari Padang, Palembang dan kota-kota lainnya yang datang berpesawat dengan ongkos sendiri – lalu bersatu dalam aksi di PHI dan kemudian bentrok dengan polisi dan menyatu dalam emosi yang sama. SOLIDARITAS itu menjadi baju mereka yang mereka rasakan sama sebagai buruh yang nasibnya terancam…….

Kalau listrik di privatisasi, maka listrik mahal maka mereka juga yang susah. Sungguh benang merah yang sangat jelas buat mereka, meskipun buat sebagian besar yang lain benang merah itu tak tampak. Mereka membela buruh PLN meski tak kenal. Dayat di Bandung tidak dengan kenal dengan Suratman dari DPC PLN Semarang. Sri dari Cikupa tak kenal dengan Bajora dari DPD SP. PLN Sumbar. Agus dari Karawang tidak kenal siapa itu Sonny dari DPD Sp. PLN Jawa Timur….. Dan tentu saja, inilah solidaritas yang dahsyat. yang bergerak tanpa analisa yang rumit.   

Jadi ? Saya ingin menutup tulisan ini dengan menyitir hadist Nabi  barang siapa tidak mencintai tetangganya, maka dia bukan dari golonganku. Apa artinya ? kalau kita sakit dan sekarat, maka yang pertama menyiapkan pertolongan, menyeduh air dan menyiapkan obat adalah tetangga….. sebelum saudara2 jauhnya datang dibelakang waktu……………

Solidaritas, adalah kunci yang membuka semua pintu kemenangan dalam perjuangan. Solidaritas adalah pelumas yang menggerakkan mesin perlawanan bergerak dengan lebih cepat. Solidaritas adalah rantai yang menyambungkan kesamaan cita-cita dalam ribuan kilometer jarak, solidaritas adalah senjata utama perjuangan kamu buruh…..

Penulis

Khamid Istakhori
Global Organizing Academy, Building & Wood Workers’ International