MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

May Day 2022: Dari Ojol hingga Pekerja Rumah Tangga

1 Mei 2022 Hari Buruh Sedunia bertepatan dengan hari Minggu di bulan Ramadan dan jelang malam takbiran Idulfitri. Barangkali karena sebagian anggota serikat buruh melaksanakan mudik beberapa serikat buruh mengganti peringatan hari buruh di tanggal yang berbeda. Namun ada pula yang memperingati hari bersejarah tersebut di tanggal yang sama.

Sedangkan Partai Buruh serta sejumlah konfederasi dan federasi serikat buruh menyambut peringatan hari buruh pada 1 Mei dan 14 Mei. Pada 1 Mei peringatan dilaksanakan demonstrasi di depan kantor KPU (Komisi Pemilihan Umum) dan Bundaran Hotel Indonesia. Dengan mengerahkan massa dari Jakarta, Bekasi, Depok dan Tangerang. Partai Buruh menuntut Pemilihan Umum (Pemilu) dilaksanakan sesuai jadwal, pengesahan Konvensi ILO 190, menurunkan harga bahan-bahan pokok dan menolak UU Cipta kerja.

Sebelum melaksanaan rapat akbar, beberapa serikat buruh yang tergabung dalam Partai Buruh melakukan pawai dan berdemonstrasi di Gedung DPR RI.

Pada 14 Mei Partai Buruh bersama Gerakan Buruh Indonesia kembali menggelar peringatan May Day dengan melaksanakan rapat akbar di Stadion Utama Gelora Bung Karno. Setidaknya mengangkat 18 tuntutan. Di antaranya menuntut pemerintah menurunkan harga bahan pokok, bahan bakar minyak dan gas, menuntut pengesahan RUU Perlindungan Pekerja Rumah Tangga (PPRT), penolakan revisi UU Pembentukan Peraturan Perundang-undangan, dan penolakan revisi UU Serikat Pekerja/Serikat Buruh dan mencabut UU Cipta Kerja.

Suasana di dalam Stadion Gelora Bung Karno, May Day Partai Buruh (Document Pribadi)
Presiden Partai Buruh, Sedang berorasi di depan gedung DPR RI. May Day Partai Buruh (Document Pribadi)

Sebelumnya, pada 12 Mei, SPN (Serikat Pekerja Nasional) menggelar demonstrasi di Patung Kuda. Dengan mengerahkan buruh-anggota dari Jabodetabek dan Jawa Tengah, SPN mengajukan tuntutan pelaksanaan JS3H (Jaminan Sosial Semesta Sepanjang Hayat) dan penegakan kepada pengusaha yang melanggar peraturan perundangan.

Secara garis besar, tuntutan-tuntutan yang diajukan oleh serikat buruh mencerminkan persoalan sehari-hari, seperti harga-harga kebutuhan pokok, kenaikan harga minyak goreng, bahan bakar minyak. Dalam berbagai orasi para pemimpin serikat buruh pun kerap dilontarkan mengenai ketidaknaikan upah minimum dan semakin mudah melakukan pemecatan. Hal yang juga keprihatian para pemimpin serikat buruh adalah kondisi kerja Ojek Online, yang bekerja tanpa memiliki perlindungan.

Peringatan May Day yang menarik perhatian dan melibatkan berbagai organisasi massa dilakukan oleh Gebrak (Gerakan Buruh Bersama Rakyat). Gelaran peringatan hari buruh internasional bertepatan dengan hari kebangkitan nasional dan penggulingan rejim kejam Soeharto, pada 21 Mei. Peserta aksi massa melalukan pawai dari Gedung ILO Jakarta menuju Patung Kuda, Jakarta Pusat.

Selain melakukan pawai dan parade, massa Gebrak membawa sejumlah alat peraga aksi massa, seperti poster, spanduk serta replika patung tikus dan buku setinggi tiga meter. Replika patung tikus yang menggunakan jas dan dasi dengan sepatu mengilap. Di beberapa bagian tubuh tikus tersebut ditempeli beragam tulisan, seperti kasus Wadas, Kendeng, korupsi Bansos. Ada pula tempelan uang Rp50 ribu dan Rp100 ribu. Sementara disebelah  kiri replika tikus tersebut terdapat buku sebuah dengan tulisan tolak Omnibus Law berserta isi ancaman terhadap Undang-Undang tersebut. Salah satu peserta aksi massa menyebutkan bahwa replika tikus tersebut menggambarkan kekejaman rezim oligarkis yang merampas hak rakyat.

Praga Aksi yang dibawa oleh masa aksi GEBRAK. (Document Pribadi)
Praga Aksi yang dibawa oleh massa aksi GEBRAK. (Document Pribadi)

Dalam barisan Gebrak terdapat perwakilan buruh sawit dari Sumatera Selatan. Mereka berkesempatan menyampaikan tuntutannya dengan melakukan orasi. Dalam orasinya, mengatakan bahwa buruh kelapa sawit mengalami berbagai kekerasan dan terancam mendapat pemberangusan pembentukan serikat buruh.

Di Patung Kuda para pemimpin organisasi bergantian menyampaikan orasinya. Sementara peserta demonstrasi berjajar rapih memegang spanduk dan poster.

GEBRAK menyampaikan 14 tuntutan :

  • Cabut Omnibus Cilaka yang terbukti inkonsitional dan hentikan revisi UU Pembentukan Peraturan Perundang Undangan untuk memberi jalan berlakunya UU Cilaka
  • Hentikan kriminalisasi gerakan rakyat dan tuntaskan pelanggaran HAM
  • Turunkan harga (BBM, Minyak Goreng, PDAM, Listrik, Pupuk, PPN & Tol)
  • Tangkap, adili, penjarakan, dan miskinkan seluruh koruptor
  • Redistribusi kekayaan Nasional (berikan jaminan sosial atas pendidikan, kesehatan, rumah, fasilitas, publik & pangan gratis untuk rakyat
  • Sahkan UU Pekerja Rumah Tangga & Berikan Perlindungan bagi buruh migran
  • Wujudkan reforma agraria sejati & hentikan perampasan sumber-sumber agraria
  • Tolak penundaan Pemilu & perpanjang masa jabatan presiden
  • Berikan akses partisipasi publik seluas-luasnya dalam rencana revisi UU Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas)
  • Tolak revisi UU No. 21 Tahun 2000 tentang serikat Pekerja
  • Berikan perlindungan dan jaminan kepastian kerja bagi pekerja pemerintah non PNS (penyuluh KB, guru honorer, pekerja perikanan dan kelautan) serta pengemudi atau driver ojek online dan lin-lain.
  • Hapus sistem kerja kontrak, outsourcing, dan sistem magang
  • Stop kebijakan upah murah, berlakukan upah layak  nasional
  • Hapuskan kekerasan berbasis gender di dunia kerja lewat ratifikasi Konvensi ILO 190

Tidak jauh dari barisan massa aksi adalah aparat keamanan dan kawat berduri, yang menghadang massa aksi menuju Istana Negara. Sejak 2015, demonstrasi dalam jumlah besar tidak dapat menyampaikan aspirasi di Istana Negara.

Beberapa jam di Patung Kuda susana mulai mencair. Beberapa buruh mulai kepanasan melipir mencari tempat teduh, atau sekedar meminum dan makan. Terlihat di lapangan sejumlah peserta aksi membawa keluarganya. Beberapa anak kecil dari keluarga buruh tampak mengenakan atribut serikat buruh. Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan buruh bukan saja melibatkan buruh yang bekerja, tapi juga melibatkan keluarganya.

Ada pula yang sengaja membawa alat musiknya sendiri, seperti gendangan dan gitar. Walaupun suaranya akan terkalahkan dengan suara musik di atas mobil komando dan suara pimpinan serikatnya yang sedang berorasi.

Selain itu, ada pula yang menuntun sepeda motor. Mereka adalah para sopir daring yang berasil membentuk organisasi. Mereka membawa poster bertuliskan: “OJOL PEKERJA !! BUKAN MITRA”, “REVISI UU LLAJ PRO PEKERJA OJOL”.

Driver Ojol yang ikut didalam massa aksi GEBRAK.(Document Pribadi)
Driver Ojol yang tergabung dalam massa aksi GEBRAK. (Document Pribadi)

Hal yang cukup mencuri perhatian anak muda, sejumlah anak muda Jakarta yang tergabung dalam Sindikasi membawa mobil komando. Hanya saja mobil komando-nya tidak selayaknya mobil komando serikat buruh lainnya. Mobil komando tersebut dipenuhi dengan tempelan poster. Mobil itu didesain seperti mobil tukang tahu bulat yang sering kita jumpai di jalanan. Mobil bak terbuka dengan terpal yang menutupi kol baknya. Jika biasanya mobil bak tahu bulat diisi oleh alat penggorengan, mobil komando Sindikasi diisi oleh DJ Gears dengan pemain DJ (Disc Jockey) yang mengajak bergoyang dan berkaroke sepanjang jalan.

Mobil komando SINDIKASI dan massa aksi yang sedang berdansa. (Document Pribadi)

Saat aksi di Patung Kuda, mobil komando Sindikasi berada di paling belakang. Mereka terus memutar lagu-lagu terkini dan lagu lama yang diremix. Pada awalnya beberapa orang dari peserta aksi malu-malu untuk berjoget. Hanya terlihat beberapa anggota Sindikasi yang menggoyangkan badan. Namun tidak lama kemudian beberapa peserta joget bertambah dan semakin ramai. Ketika lagu dangdut remix situasi semakin ramai: hentakan musik, bernyanyi, bergoyang dengan suara orator yang bersahutan.

Di tengah-tengah keramaian tersebut, tetiba seorang petugas keamanan dari perangkat aksi meminta peserta aksi kembali kebarisan. Semuanya diminta untuk memusatkan perhatian ke pusat orasi. Di sini detik-detik aksi massa akan berakhir. Kami juga memutuskan untuk pulang. Sambil meninggalkan medan aksi massa hati saya berguman, “Kenapa berjoget dan bergoyang dihentikan?! Bukankah kita mestinya melawan kapital dengan riang gembira?!”