DI JAKARTA
Geulis,
Akang telah di ibu kota,
Nafas disini tercekat udara pekat,
Pagi, tubuh bagai dibui,
Siang seperti bayangan,
Malam terasa dirajam.
Apa yang harus Akang kabarkan padamu di desa?
Tentang tubuh tersisa tulang,
Hidup gali tutup lobang,
Tanpa harta berbalik utang?
Geulis,
Akang di ibu kota,
Tiada peluang masa depan,
Pintu ditutup rapat penguasa,
Jendela dijaga oligraki,
Akang tak dapat berbuat jika tak ada garis darah koneksi.
Geulis,
Tidak ada demokrasi di sini,
Hanya kelas atas bebas berbuat dan berbicara,
Kelas sudra tak pernah dipandang sebagai manusia,
Geulis,
Akang rindu kamu, rindu desa,
Akang bisa tampil apa adanya,
Tiada beban bercengkrama.
Di sini semua lini adalah oligarki,
Akang tetap seperti ini,
Jika tak mampu runtuhkan tirani.
Duh, Geulis…
Jangan tunggu Akang kembali,
Terbanglah bagai merpati,
Hinggap di tempat yang tepat,
Untukmu berbagi hidup.
*
Pasar Minggu, 2012
April Perlindungan
***
***
ODAH
Bertahanlah,
Genggam tanganku,
Meski tanpa TANAH tanpa RUMAH
Di kolong langit,
Jengkal demi jengkal….
Kita cangkul apa yang ada,
Tanah tetangga kita pinjam,
Lahan negara kita pinta.
ODAH …MAAF JIKA AKU LELAH….
Kuli di ujung telunjuk majikan,
Bukanlah cita-cita kita,
Tentang bahagianya merdeka yang kutawarkan.
Genggam tanganku ODAH…
Sama-sama kita ke desa,
Sebab kita harus merdeka dan bahagia,
Kita pulang…
Meski Tanpa TANAH tanpa RUMAH.
***
Ogan Ilir, Juli 2012
April Perlindungan
Penulis
-
April Perlindungan
-
Jaringan Advokasi Tambang
Jika Anda menikmati membaca cerita ini, maka kami akan senang jika Anda membagikannya!