MAJALAH SEDANE

Memuat halaman...

Sedane

Majalah Perburuhan

Mereka yang Berada di Barisan Aksi Massa May Day 2024

Hari Buruh Internasional diperingati setiap 1 Mei atau disebut May day, yang merupakan hari  solidaritas internasional. Berbagai organisasi buruh, mahasiswa, miskin kota dan petani berbondong-bondong turut serta dalam aksi massa. Mereka turun ke jalan menyuarakan tuntutan. Ragam poster, spanduk, selebaran  hingga kostum yang digunakan sebagai media untuk menyampaikan tuntutan kepada negara dan pemilik modal.

Aksi May Day 2024 di Jakarta dipenuhi oleh massa aksi yang berkumpul di beberapa lokasi, sesuai dengan rute long march yang telah disepakati ketika teknis lapangan (Teklap).

Aliansi Perempuan Indonesia (API) berkumpul pukul 09.00 pagi  di depan gedung Bawaslu (Badan Pengawas Pemilu) di Jl. Thamrin dengan rute akhir di Patung Kuda, Jl. Merdeka Selatan. Aksi massa API ini melakukan long march sejauh kurang lebih 2 km dengan membawa spanduk utama yang bertuliskan “Menuntut Pemerintah Hentikan Eksploitasi Sumber Daya Alam, Buruh, Perempuan dan Rakyat”.

Cuaca panas tidak menyurutkan massa aksi untuk berjalan bersama sembari meneriakkan yel-yel dan bernyanyi yang liriknya berisi tuntutan.

Di lokasi yang berbeda, massa aksi dari Aliansi Gerakan Buruh Bersama Rakyat (GEBRAK) mulai berkumpul pada pukul 10.oo siang  di Jembatan Dukuh Atas (Stasiun BNI), Jl. Sudirman. Rute long march GEBRAK menuju Bundaran HI (Hotel Indonesia), Gedung ILO (International Labour Organisation) dan berakhir di Patung Kuda. Di Bundaran HI massa GEBRAK bertemu dan bergabung dengan massa dari Aliansi Aksi Sejuta Buruh (AASB), mereka berbaur menjadi satu barisan massa aksi.

Selain beberapa mobil komando dengan sound system pengeras suara yang menggelegar, beberapa baliho juga membentang di barisan depan massa aksi ketika long march. Dua baliho berukuran super jumbo berisi tuntutan menarik perhatian banyak orang. Baligo pertama bertulisakan “May Day Revolution” menunjukkan beberapa tuntutan, seperti cabut UU Omnibus law Cipta Kerja dan turunannya, kesejahteraan rakyat hingga seruan bangun kekuatan politik progresif. Baligo kedua terpampang foto Jokowi dan tulisan berbagai tuntutan, dari tuntutan turunkan harga kebutuhan rakyat, upah layak, stop perampasan tanah rakyat, perlindungan untuk Ojol (Ojek online) dan Pekerja Rumah Tangga (PRT), sistem Pemilu yang adil hingga berantas korupsi.

Dua foto baligo berukuran super jumbo pada May Day 2024 di Jakarta (Dokumentasi LIPS)

Kostum massa aksi yang mendominasi warna merah ini mewarnai sepanjang jalan dari bundaran HI menuju Patung Kuda. Meskipun sempat terhalang oleh blokade dari aparat kepolisan, namun massa aksi dapat menerobos dan tiba di Patung Kuda sekitar pukul 03.00 sore hari.

Sementara itu, Jaringan Serikat Ojol (JSO) yang terdiri massa aksi pengemudi Ojol dari tiga Kota yaitu Serang, Tangerang dan Sukabumi memilih rute aksi massanya berangkat dari Stasiun Gambir menuju Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS) dan berakhir di Patung Kuda. Aksi para pengemudi Ojol dimulai pukul 11.00 siang.

Berbeda dengan  GEBRAK dan AASB yang melakukan aksi massa dengan cara long march, para pengemudi Ojol menempuh rute aksinya dengan konvoi menggunakan sepeda motor, tak ada mobil komando dan hanya pengeras suara megafone serta beragam poster tuntutan dari kertas yang ditulis sendiri dengan spidol. Jumlah massa aksi Ojol kurang lebih sekitar 50 orang.

Massa Aksi dari Jaringan Serikat Ojol (JSO) konvoi pada May Day 2024 di Jakarta (Dokumentasi LIPS 2024)

Target aksi JSO pertama ke Kedubes AS. Mereka bersolidaritas terhadap rakyat Palestina dan menuntut pemerintah AS bertanggung jawab korban perang Palestina. Setelah berorasi dan meneriakkan tuntutannya, massa JSO melanjutkan konvoi ke Patung Kuda. 

Setiba di Patung Kuda, para Ojol berorasi secara bergantian, membentangkan poster yang berisi berbagai tuntutan: mendesak negara mengakui Ojol sebagai buruh, menuntut jaminan pendapatan dan jaminan sosial, kebebasan berserikat dan berunding,  serta sistem kerja yang manusiawi.

Aksi massa May Day milik semua orang, tak hanya  buruh, tapi juga petani, nelayan, perempuan, mahasiswa, buruh kampus, dan seluruh rakyat yang ingin menyuarakan tuntutannya terhadap negara dan pemilik modal. Aksi massa May Day juga momentum rakyat untuk marah dan menuntut hak-hak rakyat yang diabaikan negara. Setiap suara berharga, bermakna dan berpengaruh terhadap napas perjuangan.

Pada aksi May Day 2024 ini, saya bertanya kepada delapan perempuan yang terlibat dalam aksi massa May Day. Mereka dari latar belakang organisasi yang berbeda-beda tapi bertemu dalam satu barisan massa aksi May Day. Setiap orang memiliki makna tersendiri terhadap aksi May Day, baik alasan keterlibatannya hingga pengalaman ketika mengikuti aksi May day.

Alasan ingin tahu diungkapkan Amanda ketika ditanya apa yang mendorongnya terlibat dalam aksi May Day 2024. “Aku ingin tahu apa itu May Day,” terang Amanda yang masih duduk sebagai siswa kelas IX di SMK Negeri 36 Jakarta.

Nada yang sama juga diungkapkan oleh Syafa teman sekelas Amanda. “Aku ingin memahami bahwa beberapa orang umum (tak hanya buruh) juga terlibat dalam aksi untuk menuntut hak-hak buruh,” ungkap siswa yang saat ini sedang menjalankan tugas belajarnya sebagai siswa mangang di Federasi Serikat Buruh Persatuan Indonesia (FSBPI).

Aksi May Day yang dilakukan 1 tahun sekali juga tidak dilewatkan oleh teman-teman seperti Wigi dan Babang dari Perempuan Mahardhika Sukabumi. Bagi mereka momen setahun sekali ini adalah kesempatan bagi mereka untuk ikut merayakan hari buruh “kami ingin ikut menyuarakan hak serta tuntutan buruh,” kata Wigi.

Alasan yang sama juga diungkapkan kawan-kawan dari pengemudi Ojol. Lina, salah satu perempuan Ojol Sukabumi mengungkapkan keterlibatannya dalam aksi May Day karena ingin menuntut negara memberikan perlindungan kepada Ojol. “Bersama menuntut status Ojol sebagai pekerja,” ucap Lina yang datang bersama suaminya.

Senada dengan Lina, menuntut status pekerja juga diungkapkan oleh Ida, Ojol perempuan Kota Serang. “Dengan diakui kami sebagai pekerja, maka negara bisa melindungi hak ojol dan memperhatikan keselamatan Ojol,” lanjut Ida sembari membentang poster tuntutan bertuliskan “Resiko Lady Ojol: Pelecehan, Keguguran, Kekerasan. Negara Lindungi Kami!”

Foto: Lady Ojol orasi dan membawa poster tuntutan pada May Day 2024 di Jakarta (Dokumentasi LIPS 2024)

Bagi teman-teman Pekerja Rumah Tangga (PRT), bisa terlibat dalam aksi May Day sangat berarti, sebab PRT terkadang dituntut oleh majikannya untuk tetap bekerja meskipun 1 Mei telah ditetapkan sebagai hari libur nasional.

Yuli Asiah yang tergabung di Serikat Pekerja Rumah Tangga (SPRT) Sapulidi, Jala PRT menjadikan kesempatan bisa terlibat dalam aksi May Day untuk dapat menyuarakan haknya. “Agar bisa mendapatkan hak-hak sebagai PRT”. Seperti yang diketahui bahwa PRT juga terus berjuang untuk dapat diakui sebagai pekerja.

Maiti yang juga dari SPRT Sapulidi mengatakan bahwa tahun lalu ia tidak dapat mengikuti aksi May Day karena tak diberikan izin libur. Tahun ini ia merasa senang karena dapat terlibat sebagai peserta aksi May Day dan menjadi moment berarti bagi Maiti untuk menyampaikan apa yang menjadi tuntutan para PRT. “kami terus menyuarakan untuk menuntut pemerintah segera mengesahkan UU PPRT,” ucapnya. Sebagaimana yang kita ketahui perjuangan PRT menuntut disahkannya UU PPRT sudah hampir 20 tahun. Padahal sudah banyak korban PRT, karena tidak ada perlindungan dari negara.

Cuaca panas terik siang itu tidak menyurutkan semangat mereka untuk melakukan long march bersama ribuan massa lainnya. “Walau kaki ku sakit, tapi seru sih,” begitu kata Amanda. Wajar saja, berjalan cukup jauh di bawah matahari mempercepat rasa lelah pada tubuh. Namun semangat yel-yel dan orasi-orasi menutupi semua rasa capek.

Tak hanya Amanda, Lina dan Ida juga merasakan hal yang sama, kelelahan. Apalagi mereka datang dari luar kota Jakarta dan berangkat ke ibu kota sejak subuh hari. “Walaupun kesal karena macet ketika berangkat menuju Jakarta dan arah jalan di putar-putar sama polisi jauh putar jauh tapi kami tetap semangat menyampaikan tuntutan,” ucap Ida.

Berkumpulnya berbagai organisasi di satu titik aksi kemudian beramai-ramai long march dari Bawaslu sampai Patung Kuda menjadi keseruan lain bagi Maiti dan Yuli. “Saya jadi tahu bahwa ternyata banyak kaum buruh yang menyuarakan hal yang sama walaupun bukan hanya dari organisasi PRT,” kata Yuli. Saat long march Yuli membawa poster dan menyerukan yel-yel tentang tuntutan dengan lantang bersama massa aksi lainnya dari berbagai organisasi. Poster yang dibawa Yuli berukuran A2 yang ditulis dengan spidol: “Kerja Layak bagi PRT, di mulai dari rumah”. Bagi Yuli, Maiti dan kawan-kawan PRT lainnya aksi May Day adalah perjuangan agar PRT bisa sejahtera dan dilindungi oleh negara. Belum disahkannya UU PPRT menjadi persoalan yang membuat kerja-kerja PRT dianggap tidak bernilai. Padahal tanpa PRT, perekonomian negara akan carut marut karena pejabat, pengusaha dan lainnya membutuhkan PRT  untuk melakukan pekerjaan domestik.

PRT bukan satu-satunya persoalan yang dituntut oleh massa API, hak bekerja tanpa diskriminasi menjadi poin tuntutan API lainnya. Seperti beberapa poster bertuliskan “Emang Boleh Sediskriminasi Itu?” atau poster yang bertulis “Penuhi Hak-Hak Kerja Transpuan” adalah fakta bahwa negara masih belum bisa memberikan penghidupan dan kesejahteraan yang layak bagi setiap orang, tidak terkecuali LGBT dan transpuan.

Padahal banyak dari transpuan yang menjadi tulang punggung keluarga atau bahkan untuk menghidupi dirinya sendiri tapi terhalang oleh ragam aturan yang tidak adil. Bagi Babang perjuangan teman-teman LGBT dan transpuan sangat tidak mudah untuk mendapatkan perubahan namun bukan berarti menyerah. “Ketika melihat seorang transpuan berorasi itu menyadarkan aku bahwa masih banyak orang-orang yang belum bisa bekerja dengan layak dan tidak terpenuhi hak-haknya,” ucap Babang. Namun dalam aksi ini, Babang dan Wigi merasa senang karena dapat berkenalan dengan teman-teman baru dari LGBT, transpuan dan berbagai perempuan yang menjadi tulang punggung keluarga.

Aksi May Day 2024 meninggalkan banyak kesan bagi mereka yang bergabung dalam massa aksi. Perasaan haru biru bercampur aduk oleh sulutan orasi. Lautan massa aksi dari PRT, transpuan, buruh, nelayan, mahasiswa dan lainnya yang hadir menunjukkan bahwa kesetaraan dan kebersamaan merupakan syarat perjuangan.

Perasaan bangga menjadi bagian aksi pun tak dapat dibendung, seperti yang dirasakan oleh beberapa peserta aksi, “Tidak ada kata lain, selain aku bangga bisa berada ditengah massa aksi May Day,” ungkap Wigi.

Bagi Syafa  tidak memungkiri bahwa aksi pertamanya memunculkan pemahaman dan wawasan baru dalam dirinya tentang May Day dan realitas kelas buruh.

Ida bahkan merasa senang dengan keikutsertaannya menjadi peserta aksi May Day, baginya pengalaman pertama Aksi di May Day cukup memberikan dampak besar bagi ojol perempuan. “Bisa diwawancarai sama media Kompas dan dilihat banyak orang tentang apa yang kami tuntut menjadi sebuah cara bagaimana suara kita dapat didengar oleh masyarakat,” terang Ida.

Begitu pula dengan Amanda ia merasa tergerak ketika menyaksikan perempuan-perempuan hebat bersatu di jalanan menuntut perubahan. “Aku bertemu dengan emak-emak yang pantang menyerah untuk memperjuangkan hak-hak-nya.”

Dari pengalaman dan kesan yang diungkapkan oleh delapan perempuan yang saya temui, mereka semua berpendapat bahwa kesejahteraan, keadilan dan kesetaraan harus diperjuangkan secara bersama. Aksi May Day adalah salah satu media semua orang untuk berkumpul bersama baik tua, muda, laki-laki, perempuan, untuk bersama-sama meneriakkan berbagai tuntutan atas hak yang diabaikan dan dirampas oleh negara dan pemilik modal. Ayo lawan jangan diam!