Dari Kontrak ke Kontrak
Sekitar Maret 2015. Saya menandatangani kontrak kedua di perusahaan ini. Perusahaan ini bernama PT Longvin Indonesia.1 Ketika pertama bekerja saya menandatangani kontrak enam bulan. Kemudian menandatangani kontrak yang kedua untuk setahun. Ketika habis kontrak, saya pun diminta mengajukan lamaran. Kata kawan kerja saya, begitulah cara kerja di PT Longvin. Jika kontrak kedua selesai harus mengajukan lamaran lagi. Kawan saya pun menyarankan agar lamaran diajukan ke salah satu organisasi masyarakat di sekitar perusahaan, semacam karang taruna. Buruh di perusahaan ini biasanya menyebutnya ‘forum’. Saya pun tidak tahu persis nama benarnya.
Saya pun mengikuti saran kawan saya. Saya bertemu dengan dua orang yang berasal ‘forum’. Nama saya pun dicatat oleh salah seseorang yang mengaku sebagai Ketua RT (Rukun Tetangga).
“Nanti namanya akan dikasih ke HRD,” kata Ketua RT tersebut dengan yakin. Saya pun diminta uang Rp1 juta.
“Saya hanya punya Rp700 ribu,” kata saya memelas. Ternyata orang ‘forum’ tidak membantah. Mereka pun menerima uang dari saya.
Pengalaman membayar melalui ‘forum’ itu kemudian mengantarkan saya pada kesimpulan lain. Berarti selama ini praktik perekrutan dilakukan melalui calo. Menurut saya, praktik ini tidak benar. Tapi saya sangat membutuhkan pekerjaan, saya tidak dapat berbuat apa-apa.
Selang dua hari dari pertemuan dengan ‘forum’, saya pun membawa berkas ke perusahaan. Untungnya saya tidak bertemu dengan Bapak HRD jelalatan. Betul saja, ternyata saya langsung diterima bekerja. Kali ini saya ditempatkan di Subline MC Room.
Cerita saya akan mundur sedikit. Setelah mendaftar sebagai anggota SBME GSBI, saya belum mendapat KTA (Kartu Tanda Anggota). Padahal sudah dua bulan bekerja. Saya pun mendatangi kantor SBME GSBI. Ternyata, kantor SBME GSBI sudah menjadi kantor SPTP (serikat pekerja tingkat perusahaan). Saya mendapat informasi SBME GSBI pecah antara yang mempersoalkan dan menerima perekrutan berbayar melalui ‘forum’. Entah bagaimana detail ceritanya. Setelah persoalan itu, SBME GSBI tidak terlihat di pabrik. Semua anggota SBME GSBI pun dialihkan ke SPTP, termasuk saya.
Saya tidak merasa bergabung dengan SPTP. Saya pun mencari kantor SBME GSBI. Akhirnya saya dipertemukan dengan seorang perempuan. Perawakannya tidak terlalu tinggi, berkerudung, tidak banyak bicara, dengan kulit sawo matang, dan jika tersenyum tampak manis. Namanya, Eva. Ternyata, Eva adalah Ketua SBME GSBI. Saya pun menyatakan niat untuk bergabung dengan SBME GSBI. Mendengar pernyataan itu, wajah Eva sumringah. Saya pun diminta untuk menanggungjawabi departemen perempuan dan anak dalam struktur organisasi. Sebenarnya, saya ragu dengan tanggung jawab itu, karena saya adalah orang baru.
Suatu hari saya meminta ke Eva untuk meminjamkan buku-buku yang bisa saya pelajari. Saya sendiri tidak mengerti tentang persoalan ketenagakerjaan. Eva pun memberikan buku yang dimaksud. Saya senang sekali. Saya mulai mempelajari tentang persoalan ketenagakerjaan dari buku yang dipinjamkan dari Eva.
Mengenal Masalah
Selama saya bekerja banyak hal yang terjadi di area perusahaan. Salah satunya adalah pelecehan seksual terhadap para buruh perempuan. Waktu kerja sif malam kira–kira pukul 21.30 pabrik didatangi oleh pihak aparat kepolisian. Kepolisian mendapatkan laporan dari Satpam pabrik bahwa telah terjadi tindakan asusila terhadap buruh perempuan. Pelakunya adalah atasan di perusahaan berkewarganegaraan asing. Pelaku dan korban diangkut oleh pihak aparat kepolisian ke kantor kepolisian. Proses selanjutnya si korban dan pelaku dikeluarkan dari perusahaan.
Di kemudian hari saya pun mendengar kasus pelecehan serupa. Pelakunya masih WNA. Korbannya adalah buruh perempuan. Saya tidak tahu persis bagaimana kasus pelcehannya. Katanya, buruh perempuan tersebut bungkam karena mendapat ancaman dikeluarkan dari pekerjaan jika membocorkan atau menceritakan kejadian ke rekan kerja lainnya sekalipun kepada pihak aparat keamanan.
Saya pun sering melihat para buruh lelaki bagian mekanik melakukan tindakan pelecehan. Biasanya buruh mekanik akan melakukan pelecehan ketika memperbaiki mesin yang rusak. Jika berkesempatan, buruh mekanik tersebut akan dengan sengaja menyolek atau menepuk pantat buruh perempuan.
Satu tahun berjalan. Ternyata harapan saya untuk terlibat dalam serikat buruh tidak terpenuhi. Sebenarnya, selama bekerja saya mengalami masalah jam skorsing.2 Ketika leader produksi memerintahkan skorsing, saya dengan sengaja kabur. Akibatnya, saya pun dihukum dengan cara dipindahkerjakan di bagian lain. Sekali waktu saya pernah diberikan hukuman untuk membersihkan lantai dan jendela sepanjang seratus meter. Saya pun merasa sangat kesal. Saya hanya mengambil sisi positifnya saja. Karena dari hukuman membersihkan lantai itu saya jadi kenal banyak orang di bagian tempat produksi lain.
Ada satu kejadian yang saya ingat. Waktu itu ada perjuangan kenaikan upah minimum. Saya dan kawan-kawan terlibat dalam perjuangan kenaikan upah minimum itu. Padahal, saat itu, kebetulan kontrak kerja saya pun habis. Sebagai pengurus serikat buruh, saya meminta agar hak saya diperjuangkan. Saya pun menemui ketua serikat buruh. Ia pun meminta uang Rp700 ribu. Saya pun memberikan uang yang diminta.
Entah bagaimana advokasi yang dilakukan oleh serikat buruh. Waktu itu, saya dijeda sehari.3 Esoknya saya langsung bekerja di bagian yang sama dengan status masih kontrak.
Saya bekerja di bagian dust cap.4 Letaknya di line depan. Pekerjaan dust cap ditunggu-tunggu oleh bagian produksi. Jadi pekerjaan saya sedikit lambat, kawan sekerja saya tidak mencapai target. Jika target tidak tercapai leader akan mendatangi saya: menginterogasi, ngomel dan membentak.
Sebenarnya jenis pekerjaan saya seringkali terlambat. Karena peralatannya seringkali rusak. Setiap tiga jam sekali mesin dust cap harus dibersihkan. Jika tidak dibersihkan bondingan,5 yaitu cairan lem untuk perekat dapat melebar kemana-mana dan akan tampak kotor. Jika dibersihkan maka akan tampak sangat rapih. Mestinya, kegiatan membersihkan mesin dilakukan oleh mekanik. Tapi saya mengerjakan sendiri. Jika diserahkan ke mekanik dipastikan waktu penyelesaian akan lebih lama. Lagi-lagi saya menghindar untuk melakukan kontak dengan mekanik supaya tidak terjadi kejadian, seperti yang saya ceritakan di atas. Nah, karena kemampuan saya memberishkan mesin dust cap ini, kadang saya mendapat pujian dari leader atau senior leader. Saya dipuji sebagai operator terampil. Pujian kepada saya bukan ditambah bonus upah, tapi pekerjaan saya ditambah dengan diperbantukan ke line lain.
***
Pada 2017, saya dapat undangan lisan ketua serikat untuk mengikuti rapat pleno. Rapat pleno biasanya diadakan tiga tahun sekali. Pleno dilaksanakan di kantor SBME GSBI. Saya menduga, pleno tersebut dilaksanakan dadakan dan berkaitan dengan ketua serikat buruh kami. Saya tidak mengetahui persis kejadiannya. Beberapa hari sebelumnya saya melihat banyak tulisan di dinding toilet. Bunyi tulisan tersebut meminta ketua serikat buruh kami mundur dari jabatan.
Saya pun menemui ketua serikat buruh. Kemudian menanyakan kejadian sebenarnya. Ia hanya menjawab bahwa ada masalah pribadi.
Sebelum rapat pleno saya dihubungi oleh Sekretaris DPC GSBI (Dewan Pimpinan Cabang Gabungan Serikat Buruh Independen)6 dan Kepala Departeman Advokasi DPC GSBI. Keduanya meminta kesediaan saya untuk mencalonkan diri menjadi ketua.
Untungnya saya bukan calon tunggal. Masih ada dua orang lagi yang mencalonkan diri sebagai ketua. Salah satunya adalah Eva, orang yang pertama kali memperkenalkan saya ke serikat buruh.
Oktober 2017, sidang rapat pleno pun berlangsung di kantor DPC GSBI Kabupaten Sukabumi. Tepatnya di Rabu pukul 4 sore. Saya bersama anggota pleno lain berangkat dari tempat kerja. Sebelum rombongan berangkat, saya melihat ketua serikat memanggil beberapa orang yang akan ikut rapat pleno untuk briefing. Ternyata, Eva sedang menggalang dukungan agar dirinya terpilih kembali.
Oktober 2017, sidang rapat pleno pun berlangsung di kantor DPC GSBI Kabupaten Sukabumi. Tepatnya di Rabu pukul 4 sore. Saya bersama anggota pleno lain berangkat dari tempat kerja. Sebelum rombongan berangkat, saya melihat ketua serikat memanggil beberapa orang yang akan ikut rapat pleno untuk briefing. Ternyata, Eva sedang menggalang dukungan agar dirinya terpilih kembali.
Rapat pemilihan pun berlangsung. Pimpinan rapat menyebutkan tiga calon ketua SBME GSBI PT Longvin. Saya adalah salah satunya. Tiba-tiba rapat menegang. Sistem pemilihan dilakukan dengan voting. Saat itu, peserta rapat sekitar 28 orang. Dari 28 orang tersebut, suara terbanyak memilih saya sebagai ketua. Saya pun ditetapkan sebagai Ketua SBME GSBI PT Longvin periode 2017-2020.
Setelah terpilih saya diminta oleh peserta rapat menyampaikan semacam pidato politik. Waktu itu, saya bingung akan pidato apa. Tapi, akhirnya saya pun memaksakan diri menyampaikan beberapa kalimat, yang menurut saya berguna. Waktu itu saya mengatakan bahwa sebagai ketua saya akan menambah anggota dan mengadvokasi anggota yang habis masa kontraknya. Saya pun menegaskan akan bekerjasama dengan ketua lama untuk memperkuat serikat buruh di perusahaan.
Daftar Singkatan