Poster dan spanduk merupakan bagian dari atribut aksi massa. Melalui poster dan spanduk, organisasi menyampaikan sikap politik organisasi atau tuntutan. Mengajak masyarakat tergerak dan terlibat serta pihak yang bertanggung jawab bersedia memenuhi harapan yang diinginkan organisasi.
Selama ini, poster atau spanduk demonstrasi diungkapkan dengan kalimat perintah negatif atau positif atau gabungan keduanya. Kata-kata yang dipilih antara lain: ‘Tolak!’, Stop!’, ‘Lawan!’, ‘Hancurkan!’ ‘Wujudkan!’, ‘Laksanakan!’ dan sebagainya.
Empat tahun terakhir May Day, muncul jenis poster dan spanduk lain. Spanduk dan poster yang dibuat dengan kalimat pernyataan. Berikut adalah beberapa poster dan spanduk yang muncul dari May Day 2014.
“Kurangi jam kerja Bapakku! Aku Bahagia Sama Bapakku!”
Poster ini muncul pada May Day 2014. Ditulis dan dibawa oleh seorang anak buruh yang mengikuti bapaknya pawai bersama ratusan buruh dari tugu Monumen Nasional ke Tugu Proklamasi.
Berdasarkan penelusuran, keluarga buruh tersebut tinggal di sekitar Karawang. Bapaknya bekerja di pabrik percetakan di Kabupaten Bekasi. Setiap hari, bapak anak tersebut pergi-pulang Bekasi-Karawang.
Perjalanan Karawang-Bekasi bukan jarak pendek. Bapaknya meninggalkan rumah saat anak masih tidur dan tiba di rumah setelah anak tidur. Anak tersebut hanya akan bertemu bapaknya pada saat libur jikapun tidak lembur. Melalui poster tersebut, sang anak mengungkapkan bahwa dirinya ingin menghabiskan waktu lebih banyak bersama bapaknya.2. “Neng Jang Lembur Terus, Aa kesepian.”
“Neng Jang Lembur Terus, Aa kesepian.”
Poin utamanya mengkritisi jam kerja berkepanjangan. Jam kerja yang berkepanjangan yang berakibat semakin jauh dari keluarga bahkan tidak memiliki pasangan. Begitulah pesan yang disampaikan oleh poster yang dibawah oleh empat lelaki di Kota Bandung, pada pelaksanaan pra-May Day 2015.
Keempat jenis poster itu semakin populer di periode 2016. Selain kata-katanya yang menggelitik pilihan warna dan jenis hurufnya pun menarik.
Jutaan Buruh Jomblo Karena Kerja 8 Jam / Hari
Spanduk “Jutaan Buruh Jomblo” muncul pada May Day 2015. Masih bertemakan pengurangan jam kerja. Spanduk tersebut dibawa oleh Serikat Buruh Kerakyatan (Serbuk) dari Karawang dalam pawai dari Tugu Proklamasi menuju Tugu Monumen Nasional.
Bagi kebanyakan buruh pabrik, memiliki waktu luang dan dapat bersosialiasi secara luas adalah anugerah. Bagaimana tidak, 8 jam kerja per hari atau 40 jam seminggu ternyata dihitung sejak mulai dan selesai bekerja. Di pabrik-pabrik garmen, yang memanipulasi jam kerja untuk memenuhi target produksi, buruh dapat menghabiskan waktu 9 sampai 10 jam bekerja.
Tidak sedikit buruh yang menghabiskan waktu 4 jam perjalanan untuk berangkat dan pulang kerja. Jika ditambah dengan jam lembur maka luang waktu yang tersedia hanya cukup untuk mengistirahatkan badan. Teman setia buruh adalah alat dan bahan kerja yang disertai pengawasan ketat pengelola pabrik.
4. “Kurangi Bekerja, Perbanyak Dolanan”
Poster ini muncul di peringatan May Day yang digagas yang oleh para mahasiswa dan para jurnalis di Kota Semarang 2018. Di kesempatan lain, ada pula bunyi poster “Kurangi Bekerja, perbanyak bercinta”.
Agak berbeda dengan bunyi poster sebelumnya yang menyoroti jam kerja, poster ini membicarakan jenis pekerjaan fleksibel. Jenis pekerjaan fleksibel dianggap lumrah setelah hadirnya media digital. Relatif berbeda dengan buruh pabrik yang terikat tempat dan waktu, buruh fleksibel menjadikan semua kesempatan untuk bekerja.
Dua anak muda dari Brebes Jawa Tengah memegang poster, “Cintaku Terhalang Kapitalisme.” Di samping kanan dan kiri serta di belakang mereka adalah sebayanya; umuran 22 atau 23 tahun. Terlihat pula di poster tersebut logo Adidas. Artinya, buruh-buruh muda dari Brebes tersebut adalah pembuat pakaian merek Adidas.
Buruh-buruh muda tersebut membawa poster yang mengkritik kebijakan upah murah Bukan hanya soal upah, rupanya poster tersebut pun menyelipkan makna mengenai mahalnya biaya pernikahan. Di saat upah semakin murah, ibadah pernikahan justru mengalami komodifikasi untuk mencari keuntungan. Sehingga semakin sulitnya melangsungkan pernikahan.
Brebes adalah salah satu wilayah favorit ekspansi industri dan relokasi garmen dan sepatu dari kawasan industri lama di Jabodetabek. Selain menyediakan daya dukung alam, tidak rentan macet dan banjir, Brebes menyediakan buruh-buruh muda yang dibayar murah. Untungnya mereka bergabung dengan serikat buruh sehingga tahu apa yang mesti dilakukan.
6. “Kota ini dibangun oleh buruh”
Poster seorang lelaki menggunakan helm menandakan buruh konstruksi, muncul pada May Day 2017 dan 2018 di Jakarta dan Bandung.
Poster “Kota Ini dibangun oleh buruh” menegaskan bahwa jalan tol, apartemen dan pernak-pernik lainnya yang membentuk keindahan dan kemegahan kota dibuat oleh buruh. Pernyataan tersebut menegaskan pula bahwa seluruh bangunan di dunia; candi-candi, piramida hingga stadion sepak bola, disusun oleh tangan-tangan buruh.
Demikian poster-poster unik May Day 2014-2018. Poster, juga spanduk, selebaran, pers rilis merupakan atribut penting organisasi. Melalui media tersebut organisasi buruh berkomunikasi dengan masyarakat luas. Umumnya masyarakat menghindar digurui dan terlalu lelah membaca tulisan panjang. Untuk itu dibutuhkan kreativitas merumuskan sikap organisasi menjadi tulisan yang menarik. Bagi organisasi buruh, kreativitas tersebut tersedia dan tersebar dalam kehidupan harian para anggotanya.
Pada 2024, tercatat lima kasus kriminalisasi yang terekam di media massa. Kami mendokumentasikan kasus-kasus kriminalisasi yang diberitakan oleh media massa daring. Pendokumentasian dilakukan melalui monitoring media digital, dengan mengumpulkan data berupa artikel, berita, atau informasi lainnya dari situs dengan mengonfirmasi kasus tersebut kepada pihak yang terlibat dalam mengadvokasi kasus tersebut. Beberapa kasus yang terdokumentasi telah […]
Buku ini dapat dianggap sebagai kisah tentang keagensian buruh. Banyak literatur telah memaparkan aksi-aksi kolektif buruh di Indonesia dan pengorganisasiannya, namun ilustrasi tentang kapasitas keagensian mereka nyaris tenggelam di dalam kolektivitas dari gerakan-gerakan buruh tersebut. Tokoh-tokoh (kebanyakan pemimpin serikat buruh) di pucuk-pucuk kepimpinan gerakan umumnya lebih dikenal ketimbang pemimpin-pemimpin di akar rumput, apalagi para buruh […]
Akhir-akhir ini ramai diperbincangkan soal pentingnya buruh memiliki partai tersendiri. Beberapa orang mendesak perlunya dibentuk Partai Buruh. Buruh mesti terjun dalam politik nasional.[1] Ada pula yang berpendapat partai tersebut harus lahir dari serikat buruh dan punya pemimpin yang mumpuni. Ada juga disebut satu-dua nama di dalamnya. Entah apakah itu sebagai suatu hasil musyawarah atau hanya […]