Ulasan Artikel: Jerry A. Carbo, Steven J. Haase, and M. Blake Hargrove, “Democracy, Militancy, and Union Revitalization, The DeMReV Model of Union Renewal: A Sustainable, Strategic Model Expanding on Voss and Sherman Model,” Advances in Industrial and Labor Relations, 24, 2017, hal 113-154.
Dalam menghadapi tantangan kontemporer, serikat buruh tidak hanya berhadapan dengan tekanan eksternal, tetapi juga dengan persoalan internal yang krusial: oligarki dalam kepemimpinan serikat. Fenomena yang sering disebut sebagai “iron law of oligarchy” ini telah menjadi masalah kronis di banyak serikat buruh, di mana sekelompok kecil elit serikat menguasai proses pengambilan keputusan dan sumber daya organisasi. Akibatnya, serikat yang seharusnya menjadi instrumen perjuangan kolektif berubah menjadi alat untuk mempertahankan kepentingan segelintir pemimpin.
Urgensi dari revitalisasi serikat muncul dari dua arah: pelemahan eksternal dan degenerasi internal. Secara eksternal, serikat menghadapi menurunnya kekuatan tawar dan efektivitas aksi kolektif. Namun yang lebih mengkhawatirkan adalah degenerasi internal, di mana oligarki kepemimpinan menciptakan jarak antara elit dan basis, menghasilkan keputusan-keputusan yang tidak mencerminkan aspirasi anggota, dan bahkan dalam beberapa kasus, berkolusi dengan pihak manajemen demi kepentingan pribadi. Model DeMReV hadir sebagai respons terhadap kedua tantangan ini, dengan penekanan khusus pada pembongkaran struktur oligarkis dalam serikat.
Kerangka pemikiran DeMReV dibangun di atas pemahaman bahwa kekuatan serikat buruh bersumber dari legitimasi internal dan kapasitas aksi kolektif. Namun, berbeda dengan model-model revitalisasi sebelumnya, DeMReV secara eksplisit mengidentifikasi oligarki kepemimpinan sebagai hambatan utama dalam membangun legitimasi dan kapasitas tersebut. Ketika kepemimpinan terkonsentrasi pada sekelompok kecil elit, baik legitimasi maupun kapasitas aksi kolektif akan terdegradasi.
Prinsip-prinsip utama dalam model ini dirancang khusus untuk mengatasi masalah oligarki. Demokrasi internal tidak hanya berarti prosedur voting, tetapi mencakup sistem checks and balances yang mencegah konsentrasi kekuasaan. Militansi positif diarahkan bukan hanya keluar tetapi juga ke dalam – berani mengkritisi dan mengoreksi kepemimpinan yang tidak demokratis. Partisipasi aktif menjadi kunci untuk memutus ketergantungan pada figur-figur dominan. Kepemimpinan responsif dibangun dengan mekanisme akuntabilitas yang ketat. Keberlanjutan gerakan dipastikan melalui regenerasi yang terencana, mencegah monopoli kepemimpinan oleh kelompok atau individu tertentu.
Strategi-strategi yang dikembangkan dalam model DeMReV memberikan perhatian khusus pada pembongkaran struktur oligarkis. Dalam bidang penguatan demokrasi, dikembangkan mekanisme rotasi kepemimpinan dan pembatasan masa jabatan yang ketat. Sistem pengambilan keputusan dirancang dengan prinsip subsidiaritas – keputusan harus diambil di level terendah yang memungkinkan. Pendidikan anggota tidak hanya fokus pada pengetahuan teknis, tetapi juga pada pemahaman kritis tentang demokrasi dan bahaya oligarki dalam organisasi.
Komunikasi internal diperkuat dengan jaringan informasi yang tidak terpusat, memastikan transparansi dan mencegah monopoli informasi oleh elit serikat. Sistem penanganan masalah dirancang untuk memberikan akses langsung bagi anggota tanpa harus selalu melalui hierarki kepemimpinan. Program pengembangan organisasi diarahkan untuk menciptakan kepemimpinan kolektif yang kuat di berbagai tingkatan, menghindari ketergantungan pada tokoh-tokoh tertentu.
Signifikansi model DeMReV terletak pada pendekatannya yang frontal terhadap masalah oligarki. Model ini menyadari bahwa tanpa mengatasi masalah oligarki internal, upaya revitalisasi serikat hanya akan menjadi kosmetik belaka. Pendekatan komprehensif yang menghubungkan prinsip antioligarki dengan strategi praktis memungkinkan serikat untuk melakukan transformasi yang fundamental.
Yang menarik dari model ini adalah bagaimana ia memadukan perlawanan terhadap oligarki dengan penguatan kapasitas organisasi. Demokratisasi internal tidak dilihat sebagai penghalang efektivitas, melainkan justru sebagai fondasi untuk membangun kekuatan kolektif yang sejati. Model ini menunjukkan bahwa serikat yang demokratis bukan berarti serikat yang lemah – sebaliknya, demokrasi internal yang kuat justru menjadi basis bagi militansi yang efektif.
Model DeMReV pada akhirnya menawarkan jalan untuk memutus lingkaran setan oligarki dalam serikat buruh. Ia menunjukkan bahwa revitalisasi serikat tidak mungkin tercapai tanpa terlebih dahulu mendemokratisasi struktur internalnya. Hanya dengan membongkar struktur oligarkis dan membangun kepemimpinan yang benar-benar demokratis, serikat buruh dapat kembali menjadi instrumen perjuangan kolektif yang efektif.
Lampiran: Tabel Ringkasan
Table 1. Gagasan Konseptual Revitalisasi Serikat Buruh
Komponen Prinsip
Penjelasan
Tujuan
Demokrasi Internal
• Pengambilan keputusan melibatkan seluruh anggota • Transparansi dalam pengelolaan serikat • Kepemimpinan yang bertanggung jawab
Membangun serikat yang benar-benar mewakili kepentingan anggota
Militansi Positif
• Keberanian mengambil tindakan kolektif • Konsistensi dalam memperjuangkan hak • Sikap tegas dalam negosiasi
Meningkatkan kekuatan tawar serikat
Partisipasi Aktif
• Keterlibatan anggota dalam kegiatan serikat • Inisiatif dari bawah • Solidaritas antaranggota
Membangun kekuatan kolektif
Kepemimpinan Responsif
• Pemimpin yang mendengarkan aspirasi • Akuntabilitas kepada anggota • Fokus pada kepentingan bersama
Menghindari oligarki dalam serikat
Keberlanjutan Gerakan
• Program jangka panjang • Regenerasi kepemimpinan • Pendidikan anggota berkelanjutan
Menjamin keberlangsungan serikat
Table 2. Strategi Revitalisasi Serikat Buruh
Bidang Strategi
Tindakan Konkret
Hasil yang Diharapkan
Penguatan Demokrasi
• Mengadakan pemilihan berkala dan terbuka • Membuat sistem pengambilan keputusan partisipatif • Membentuk forum diskusi regular
Serikat yang lebih demokratis dan representatif
Aksi Kolektif
• Mengorganisir demonstrasi damai • Melakukan mogok terencana • Mengadakan kampanye publik
“Fadlaminallahi ta’ala wa ni’mah. Wa magfiratawarahamah. Allahumma salli ‘ala muhammad. …. As-salatu la ilaha illallah muhammadarasulullah. ….” Samar suara ‘bilal’ tarawih dari pengeras suara di masjid rumah sakit seolah mengiringi kepergian ibuku. Aku menyebutnya, mamah. Kamis, 23 April 2020 adalah hari yang ditunggu oleh kaum muslimin. Di saat kaum muslimin sedang melaksanakan tarawih pertama, aku […]
Pada tahun 2018 dalam Seminar Borneo Forum II di Balikpapan, Mabes Polri yang diwakili oleh Brigjen Pol Ahmad Lumumba sebagai Direktur Pengamanan Objek Vital mengkategorikan industri sawit sebagai salah satu yang dapat ditetapkan sebagai objek vital nasional. Ia pun menyinggung mengenai kampanye negatif yang dilakukan oleh LSM terutama tindakan masuk kebun tanpa izin untuk mengambil […]
Menurut International Labour Organization (ILO), dialog sosial itu mencakup perundingan, konsultasi, dan pertukaran informasi antara wakil dari pemerintah, pengusaha dan buruh/serikat buruh untuk membahas isu-isu seputar ketenagakerjaan demi mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan. Dalam kerangka tripartit ini, serikat buruh diposisikan sebagai mitra setara dengan fungsi representasi, kontrol sosial dan advokasi kelas buruh. Namun, realitas di […]